Mohon tunggu...
Thuluw Muhlis Romdloni
Thuluw Muhlis Romdloni Mohon Tunggu... lainnya -

Bukan penulis, hanya orang narsis dan numpang eksis :D www.senjasagarmatha.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

R.I.P Valentine's Day

14 Februari 2015   23:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:10 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14239155921511634835

"Tugas pelajaran agama,"

"Valentin itu hari kebangkitan,"

Pintu aku tutup. Putteri melongo.

Kepalaku tegak seperti habis tersengat listrik. Nafas terengah. Jam menunjukkan pukul dua pagi. Kusambar pulpen yang terkapaar entah sejak pukul berapa.

Tra, Shim, sorry, aku ketiduran. Malah mimpi buruk. Bisa kita terusin? Apa? Kalian juga ngantuk? Plissssss, sepuluh menit saja.

Suara jangkrik membungkus sepi. Mungkin mereka sedang ronda shift tiga.

Tra, ini sudah tanggal 14. Mengingat tanggal itu, aku seperti ditelanjangi. Diseret ke tengah lapangan. Siap dihujani seribu cambukan. Dua tahun lalu, saat mengantar kamu dan Shim, aku bilang berkali-kali, tanggal 14 ingin aku hapus dari penanggalan dunia. Februari cukup 27 hari. Setelah tanggal 13, langsung 15. Tapi hingga kini, aku belum dapat merealisasikannya. Prosesnya sulit, kata salah kawanku.  Dia memang tidak hendak menghapus satu hari dari penanggalan dunia, dia ingin menambahi. "Khusus Desember ada 32 hari," Ceritanya, dia dicampakkan kekasihnya karena "syarat" yang harus dia penuhi telah tiba di ujung deadline. "Saat itu, tanggal 1 seperti malaikat maut." Ujar dia. Malang, apa yang berbulan-bulan ia kerjakan, rampung di tanggal 1, tahun baru. Semua orang bersuka cita, dia merintih luka menimang-nimang air mata.

Sandiwara raksasa. Pagi nanti hingga jelang pagi lagi. Bumi kita akan dipenuhi kepalsuan-kepalsuan. Berbondong-bondong masuk perangkap. Dan melonjak girang bukan kepalang menyadari bisa ambil bagian. Banyak pembuktian-pembuktian yang itu merupakan pembunuhan.  Ya Tuhan, bila saja satu hari itu aku bisa lepas dari bumiMu. Tak sampai hati membiarkan kemusnahan menari-nari.

"Kamu jangan minta mati suri, kan kita mau pesta," Shim menyela.

"Kalau minta mati, sekalian saja. Nggak akan pusing-pusing dengan perayaan ini itu." Tras berkata tenang.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun