Mohon tunggu...
thrio haryanto
thrio haryanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Penikmat Kopi Nusantara

Menyukai kopi tubruk dan menikmati Srimulat. Pelaku industri digital. Pembaca sastra, filsafat, dan segala sesuatu yang merangsang akalku. Penulis buku Srimulatism: Selamatkan Indonesia dengan Tawa (Noura Book Publishing, 2018).

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Arem-arem, Demo Taksi dan 5 Faktor yang Mempengaruhi Pola Memilih Taksi

28 Maret 2016   09:11 Diperbarui: 28 Maret 2016   11:24 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Bukan. Itu pendapatan,” jawab saya.

Kalau bicara laba, ada laporan yang sangat menarik nih. Menurut penelusuran Bareksa.com, Express mampu menyisihkan keuntungan operasional hingga 58% dari total pendapatan. Gila! Ini angka besar banget, di atas rata-rata indutri taksi, bukan hanya di Indonesia, tetapi di Asia Pasifik! Dengan prosentase sebesar itu, Express menjadi perusahaan taksi nomor wahid dalam hal rasio keuntungan. Di Asia Pasifik!

“Ck ck ck!” Om Fredi mendecak, entah karena kagum atau karena mulutnya penuh minyak onde-onde.

Sementara Blue Bird, masih menurut Barkesa.com, mampu mencapai marjin laba operasional 35%. Juga di atas rata-rata industri di Asia Pasifik yang hanya 29%!

“Walhasil, laba bersih Blue Bird sampai September 2015 tercatat sebesar Rp625 miliar, atau tumbuh 16 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya,” demikian yang ditulis Bareksa.com pada 23 Maret 2016.

“Wah, kalau lihat data itu luar biasa banget ternyata, ya?” ujar Om Firza seraya menengok ke arah Om Dani seolah meminta persetujuan. Om Dani hanya manggut-manggut sambil memonyongkan bibirnya yang terkatup rapat sehingga menimbulkan garis-garis tebal di dagunya.

“Artinya, kalau kita lihat dari kinerja Blue Bird sama Express itu tadi, kehadiran taksi online ternyata belum ngaruh, ya?” tanya Om Fredi kemudian.

“Ngaruh nggak ngaruh kali...” Tiba-tiba Aki, sang ‘barista’ kedai, turut komentar sambil menyajikan arem-arem di atas meja.

“Arem-aremnya isi apa, Ki?” tanya saya sambil nyomot sebuah.

“Waduh, Aki nggak tahu,” jawab Aki, “Soalnya Aki belum pernah masuk ke dalamnya,” sambungnya enteng sambil ngeloyor. Sementara kami terbahak mendengar jawaban spontan dari pria berkepala lima – hampir enam – itu.

“Kalau bicara jumlah armada... berapa tadi? Dua puluh empat ribu sekian, yah?” tanya Om Dani yang saya jawab dengan anggukan sambil menikmati arem-arem –yang ternyata isinya sayuran, “Timbul pertanyaan, apakah jumlah taksi itu sudah memenuhi permintaan pasar? Karena kenyataannya kita sering nunggu taksi di pinggir jalan lamaaa sekali,” lanjut Om Dani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun