Sam, seorang teman juga. Teman kecil Riz di kelurahan tempatnya tumbuh menjadi saat ini. Sama seperti Eni, ketika menerima ajakan Riz untuk bergabung dan melakukan apa yang dilakukannya. Berpikir ini apa mungkin penipuan model baru dengan menunggu situasi yang lebih lama lagi. Menunggu lengah Riz, Sam berusaha memperingatkan Riz. "Kamu banyak bepergian dan melakukan selfie di tempat-tempat asing. Aku curiga kamu banyak diikuti, apa kamu memberikan alamat rumah tidak?"
Riz mengangguk. Sam meneput jidat dan berharap ini tidak lagi diteruskan. "Kamu kasih alamat teman-teman kita juga? Alamat aku atau Eni?"
Riz mengangguk, "nomor telepon juga."
"Oh, Riz apa yang kau lakukan?" Pecah marah Sam pada Riz.
Riz tampak bengong. Ia terkejut dengan respon lanjutan temannya. Sam berbicara pada Eni, Riz dan beberapa teman Riz yang sejak tadi serius memelototi ponsel masing-masing. "Kita harus berhati-hati. Riz, kita harus melakukan sesuatu."
"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Riz makin bingung.
Sam meminta Riz menghubungi admin itu. Meminta Riz berkata padanya supaya mau melakukan tatap muka. Dari itu Sam berharap bisa lebih terang. Banyak upaya-upaya penipuan atau usaha yang berbahaya berdasarkan ajakan di media sosial atau sengaja pelaku menghubungi sasaran empuknya. Riz lagi-lagi berpikir ini bukan hal yang sama seperti usaha penipuan atau ajakan berbahaya lain.
Riz masih berpikir ini bagian dari rezeki di awal tahun. Hujan yang menghangatkan, kopi pahit yang nikmat. "Ini kopi dan cuan itu susunya. Sam, kau jangan berpikir berlebihan."
"Aku takpeduli, ini berbahaya. Bagaimana jika orang-orang yang ikut usaha ini satu persatu menunggu tanggal mainnya." Sahut Sam lagi. Wajahnya keruh, ia peduli pada Riz.
Riz terdiam. "Aku harus bertemu dengan dia kalau begitu?"
"Iya, kita perlu penjelasan. Tidak bisa berdiam diri di sini dan menerima tanpa ada keterangan yang jelas." Sahut Sam.