Namun, Jalan Sosrowijayan dan gang Sosrowijayan juga menjadi kampung internasional, di mana saat itu ada banyak sekali turis asing dari berbagai negara layaknya Perancis, Australia, Belanda dan lainnya yang datang berduyun-duyun untuk merasakan pengalaman berlibur anti-mainstream.
Soeharto menjelaskan bahwa banyak dari di antara mereka berpergian menggunakan tas gunung besar dan biasanya mereka makan seperti orang lokal di pinggir jalan dan mencoba kebiasaan orang-orang lokal.Â
Dengan demikian, perlahan mulai muncul juga tempat penginapan lainnya untuk mengakomodir kebutuhan para turis, khususnya turis mancanegara yang selalu datang ketika memasuki event-event tertentu seperti libur musim panas atau musim dingin.
Karena sering dikunjungi oleh turis mancanegara, maka Soeharto pun bisa paham betul mengenai waktu berkunjung bagi para turis asing. Soeharto bercerita, saat memasuki awal bulan Maret dan menuju pertengahan September turis asing asal Perancis banyak menginap di hotelnya, karena memasuki libur musim dingin. Sedangkan, pada bulan September hingga Februari banyak didominasi oleh turis asal Australia, Inggris, dan Kanada.
Atas pengalamannya yang pernah dirasakan pada saat itu, Soeharto kembali bercerita jika kemudian hampir seluruh penduduk di kedua gang Sosrowijayan pun mulai melakukan tahap adaptasi sesuai dengan karakteristik turis asing yang berkunjung sesuai dengan bulan yang menjadi waktu kedatangan dari mereka, sehingga para pelaku usaha pun dapat menyesuaikan selera makan, pelayanan hotel, buku panduan perjalanan, hingga hal-hal lainnya.
"Ya itu tadi mas, kalau misalnya ini bulan Maret berarti akan ada banyak orang Perancis yang datang sampai bulan September pertegahan. Otomatis juga tema dari kampung kita akan disesuaikan, mulai dari makanan, pelayanannya hingga hal-hal lainnya," tutur Soeharto.
Meski begitu, masa-masa jaya itu telah redup. Soeharto mengakui bahwa hari ini kebanyakan wisatawan yang datang adalah wisatawan domestik yang selalu memadati guest house-nya pada saat musim liburan tiba, seperti halnya saat lebaran, natal atau libur panjang sekolah.Â
Soeharto juga mengakui jika dirinya tetap senang dan bersyukur karena masih banyak orang yang antusias dengan kehadiran gang Sosrowijayan sebagai destinasi pariwisata.
Namun, saat pandemi Covid-19 berlangsung selama kurang lebih dua tahun lamanya hingga saat ini, Soeharto bercerita jika keadaan tersebut sangat-sangat memukul usaha penginapannya.Â
Pada masa itu Soeharto hanya bisa pasrah dan berharap keadaan segera membaik. Soeharto menjelaskan jika dirinya sempat menutup usaha semengtara sampai setahun dan memulai usaha lain untuk menyambung hidup serta membayar gaji karyawannya.
Dari kejadian tersebut, di tahun 2022 ini Soeharto berharap jika keadaan dapat kembali seperti sedia kala, di mana ada begitu banyak wisatawan domestik yang mulai berani untuk merencanakan liburan dan tidur di usaha penginapannya.Â