Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kudus Kota Kretek, dari Obat hingga Depresi Ekonomi

5 Mei 2021   08:00 Diperbarui: 18 Maret 2022   17:08 1472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang pria tua (mbah, dalam bahasa Jawa) sedang menghisap sebatang rokok | bolehmerokok.com

Namun, setelah beberapa waktu masyarakat Kudus menyebutnya sebagai rokok kretek. Nama ini diambil dari suara tembakau dan cengkeh yang terbakar dan menghasilkan bunyi kretek-kretek yang khas.

Dari sini, akhirnya nama rokok kretek semakin dikenal oleh masyarakat luas, baik dari manfaat yang bisa didapatkan maupun dari cita rasa serta aroma khasnya yang sulit ditolak.

Perlahan-lahan, permintaan masyarakat terhadap rokok kretek semakin memuncak, terlebih setelah akhirnya rokok kretek berhasil diekspor ke luar Pulau Jawa. Omzet perusahaan naik dan sudah barang tentu jika persaingan dalam bisnis industri rokok juga perlahan-lahan semakin memanas di kota Kudus.

Pada awalnya, seluruh perusahaan kretek di kota Kudus berada di bawah kendali tangan kaum pribumi. Namun, tak beberapa lama berselang, masyarakat dari etnis Tionghoa pun akhirnya masuk dan semakin memeriahkan persaingan bisnis dan industri. Keterlibatan etnis Tionghoa dalam industri rokok pada dasarnya dilatarbelakangi oleh sejumlah kisah sukses dari pribumi yang berhasil mendulang kekayaan yang sangat besar dari bisnis dan industri rokok kretek.

Namun, alih-alih diterima oleh kaum pribumi, kehadiran etnis Tionghoa dalam pusaran bisnis dan industri kretek pun akhirnya menjadi biang keladi dari meletusnya suatu kejadian berdarah yang pecah pada tanggal 31 Oktober 1918.

Kerusuhan tersebut mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan sejumlah rumah mewah serta pabrik rokok miliki Tionghoa habis diamuk masa dari golongan pribumi. Akhirnya, banyak pengusaha pribumi yang kemudian ditangkap dan diadili atas aksinya.

Dari peristiwa tersebut, akhirnya kehadiran dan legitimasi kaum pribumi dalam pusaran bisnis dan industri rokok kretek mengalami krisis kepercayaan dari masyarakat dan konsumen, terlebih setelah kerusuhan di tahun tersebut meletus dan memakan korban.

Pada akhirnya, etnis Tionghoa memenangkan persaingan dan mereka semua berhasil memperkokoh posisnya dalam industri rokok kretek yang ditandai dengan pulihnya perekonomian Kudus dalam waktu yang singkat.

Hanya dalam waktu lima tahun, industri rokok kretek Kudus kembali menunjukkan taringnya di bawah pengaruh etnis Tionghoa. Saking majunya industri rokok kretek selepas kerusuhan berdarah, pada tahun 1924 menurut seorang peneliti kolonial bernama Van Der Reijden, industri rokok kretek bisa dibagi ke dalam tiga golongan, yakni industri besar; menengah dan kecil. Disebut industri besar jika jumlah produksinya telah mencapai lebih dari 50 juta batang/tahun.

Disebut industri menengah jika jumlah produksinya telah mencapai 10-50 juta batang/tahun. Yang terakhir, disebut sebagai industri kecil jika produksinya berada di bawah angka 10 juta batang/tahun. Uniknya, ketiga golongan industri ini bisa ditemukan dihampir semua kalangan pengusaha pribumi maupun Tionghoa. Memasuki tahun 1928, industri rokok kretek semakin bertambah besar, setelah permintaan dari konsumen juga semakin meningkat pesat.

Namun, alih-alih disambut gembira oleh para pengusaha, keadaan ini justru membuat mereka semakin pesimis. Pasalnya, pada saat itu hampir seluruh perusahaan rokok sedang berjibaku untuk memenuhi kurangnya tenaga kerja dan lahan untuk membuka tempat kerja baru, yang selalu dirasa kurang setiap tahun oleh para pengusaha, padahal sudah dibesarkan sampai beberapa kali. Kurangnya tenaga kerja didasarkan atas kondisi geografi dan biaya transportasi yang mahal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun