Di tengah keheningan gereja yang hanya diisi oleh bayang-bayang altar, Rafel merasa hatinya tertarik ke arah yang tak pernah ia duga sebelumnya.Â
Panggilan batin itu terasa kuat, seperti ada suara lembut yang mengajaknya untuk mempertimbangkan sesuatu yang lebih besar dari sekadar masa depannya sendiri---sesuatu yang lebih dalam dari sekadar hubungan manusiawi. Di tengah pergolakan batin itu, Rafel berusaha untuk mendengarkan hati nuraninya.
Di tengah keheningan itu, pastor paroki, menghampirinya. Pastor paroki telah lama mengenal Rafel dan keluarganya. Dengan suara lembut, pastor itu bertanya, "Apa yang sedang kamu pikirkan, Rafel? Kau terlihat jauh lebih tenang biasanya."
Rafel tersentak sejenak, lalu mencoba tersenyum. "Tidak ada, Pastor. Hanya mencoba memahami semuanya. Terkadang, saya merasa bingung dengan hidup saya."
Pastor paroki menatap Rafel dengan penuh pengertian. "Semua orang memiliki kebingungan mereka sendiri, Rafel. Tapi ada sesuatu yang lebih besar, kan?"
Rafel terdiam sejenak, ragu untuk mengungkapkan apa yang ada di hatinya. Namun, entah bagaimana, kehadiran pastor itu memberikan ketenangan yang sulit dijelaskan.
"Saya mencintai Laras," kata Rafel pelan, hampir berbisik. "Tapi di saat yang sama, saya merasa ada panggilan lain, sesuatu yang lebih besar dari hubungan ini. Saya tidak tahu apakah ini hanya kebingungan, atau benar-benar sesuatu yang harus saya perhatikan."
Pastor paroki tersenyum lembut dan duduk di sebelah Rafel. "Rafel, panggilan Tuhan bisa datang dalam berbagai bentuk. Terkadang, itu datang melalui kebingungan, kegelisahan, atau bahkan melalui cinta. Tuhan berbicara kepada kita di saat-saat yang tidak kita duga."
Rafel memandang ke arah pastor itu, penasaran. "Pernahkah merasa seperti ini, Pastor? Perasaan seperti ada sesuatu yang menarik pastor, tapi pastor tidak tahu apa itu?"
Pastor paroki mengangguk. "Tentu saja. Banyak calon imam merasakan hal yang sama sebelum mereka memutuskan untuk mengikuti panggilan Tuhan. Saya juga dulu merasakan panggilan itu ketika saya masih frater.Â
Saya pikir hidup saya akan berbeda, tetapi Tuhan menunjukkan jalan lain. Saya dulu punya banyak rencana---keluarga, pekerjaan, impian. Tapi pada akhirnya, saya menemukan kebahagiaan yang lebih besar."