Mohon tunggu...
Thomas Edison Duha
Thomas Edison Duha Mohon Tunggu... Relawan - Jangan hidupi hidup yg tidak membahagikan

Tidak ada kemutlakan sesuatu hal yang bersifat fisik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta dan Panggilan Tuhan, Melepaskan dengan Cinta, Merelakan dalam Doa

22 Oktober 2024   17:57 Diperbarui: 22 Oktober 2024   18:23 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Setiap kali mereka bertemu, ada kebahagiaan yang tak tergambarkan. Senyuman Laras, suaranya yang lembut, dan tawa riangnya mampu menghapus kelelahan Rafel setelah seharian penuh dengan ujian dan tugas-tugas sekolah. Namun, di balik senyuman dan kebersamaan itu, ada sesuatu yang lebih dalam sedang terjadi di dalam hati Rafel. 

Sesuatu yang mulai menyesakkan dada dan membuatnya sering terjaga hingga larut malam. Ia sering merenung sendirian. Ada perasaan bersalah yang menyelimuti pikirannya. Di setiap canda tawa mereka, ada pergulatan batin yang terus membesar dalam dirinya, dan semakin hari, keputusan yang harus ia ambil terasa semakin dekat.

 Ketika teman-teman mereka sibuk merencanakan jurusan kuliah atau bercita-cita menjadi dokter, insinyur, atau pengusaha sukses, Rafel merasakan sesuatu yang berbeda. Ada panggilan halus, sebuah bisikan yang terus menghantuinya.

Meskipun ia menyimpan rahasia besar yang tak pernah ia ungkapkan pada siapa pun, Rafel selalu terlihat bahagia setiap kali bersama Laras. Tawa mereka mengisi hari-hari di sekolah, saat bercanda di kantin, atau mengerjakan tugas di perpustakaan.

 Di mata teman-teman mereka, Rafel dan Laras adalah pasangan sempurna---selalu tampak serasi berjalan berdua di sepanjang koridor. Setiap kali ia melihat senyuman Laras, hatinya terasa hangat. Laras seperti sinar matahari yang mampu mengusir segala kelelahan akibat rutinitas sekolah dan ujian. 

Rafel sering membayangkan masa depan mereka bersama---mungkin berkuliah di kota yang sama, menjalani hidup dengan langkah-langkah yang seirama. Ia sangat mencintai Laras, dan bayangan hidup bersamanya membuatnya merasa bahagia.

Meskipun demikian, Rafel selalu merasa ada kekosongan di dalam dirinya, meskipun di sisi lain ia sangat mencintai Laras. Awalnya, dia mengira perasaan itu adalah rasa takut akan masa depan, kekhawatiran tentang kuliah, atau mungkin keraguan terhadap hubungannya dengan Laras. 

Namun, semakin dia mencoba mengabaikannya, semakin kuat perasaan itu menghantui pikirannya. Ada sesuatu yang jauh lebih besar, yang tak mampu dijelaskannya dengan kata-kata.

Suatu hari, Rafel mengikuti misa pagi di Paroki, tempat di mana ia biasa datang untuk berdoa setelah pulang sekolah. Kebetulan, sekolah Rafel terletak tepat di belakang gereja tersebut, sehingga hampir setiap hari, Rafel dan Laras, teman kekasihnya, selalu menyempatkan diri untuk berdoa bersama sebelum mereka berpisah dan pulang ke rumah masing-masing.

Namun, hari itu terasa berbeda. Usai mengikuti misa pagi, Rafel merasa ada kegelisahan yang tak biasa. Bukannya langsung beranjak pergi, ia memutuskan untuk duduk lebih lama di bangku paling belakang gereja, memandang altar dengan tatapan kosong. Rosario di tangannya tergerak perlahan, namun pikirannya melayang jauh ke depan. 

Rafel merenungkan banyak hal, dari hidupnya yang akan segera menyelesaikan sekolah di tingkat SMA, hubungannya dengan Laras gadis yang sudah lama mengisi hatinya hingga pertanyaan besar yang menghantui benaknya: ke mana ia harus melangkah selanjutnya? Apa jalan hidup yang benar-benar ia inginkan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun