Disamping bertani, mereka juga memelihara sejumlah hewan (ayam, babi, anjing) yang lebih berfungsi sosial daripada ekonomis.Ternak piaraan ini dikurbankan dalam upacara adat yang bersifat sacral-religi atau dalam kegiatan sosial-kolektif. Â Mata pencaharian sampingan adalah nelayan dengan system penangkapan ikan yang masih amat tradisional.
3.     Sistem Bahasa
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Lamaholot sebagaimana umumnya masyarakat Larantuka, sehingga kesatuan masyarakat Flores Timur biasa disebut juga masyarakat Lamaholot . Walau demikian, tidak berarti bahwa bahasa lamaholot itu tidak memiliki perbedaan antara satu dusun dengan dusun yang lainnya, karena dalam kenyataan menunjukan bahwa ada perbedaan-perbedaan tertentu baik kata, logat atau aksen antar dusun. Tetapi umumnya masyarakat saling mengerti/memahami satu dengan yang lainnya.
Sedangkan dalam lingkungan formal, bahasa Indonesia tetap mendapat tempat utama dalam pemakaiannya, baik dilingkungan pendidikkan, pemerintah maupun lingkungan formal lainnya.
4.     Sistem Pengetahuan
Pengetahuan masyarakat Lewotoby zaman dahulu tetap tidak terlepas dari peredaran bulan untuk memasuki musim baru dalam siklus hidup mereka. Hal ini tidak terlepas dari pola religi terhadap adanya bulan yang diyakini sebagai symbol perubahan di dunia. Mereka akan memasuki masa bercocok tanam atau mencari ikan di laut dengan membaca letak bulan. Demikian pula, pelaksanaan upacara perkawinan dilakukan apabila telah selesai masa bercocok tanam dengan pertimbangan banyaknya hasil panenan akan mampu mengadakan suatu pesta/ritual agar mampu menjamu tamu yang hadir.
5.     Komunitas (Community)
Secara konkret, suatu kesatuan hidup setempat itu selalu menempati suatu wilayah tertentu di muka bumi. Sistem kemasyarakatan itu merupakan kesatuan yang tidak pertama-tama ada karena ikatan kekerabatan, tetapi karena ikatan tempat kehidupan. Orang-orang yang tinggal bersama di suatu wilayah itu memiliki rasa terikat oleh perasaan bangga dan cinta pada wilayahnya dan masih saling mengenal dalam pergaulan dengan frekuensi tertentu.
Sistem kemasyarakatan dalam masyarakat Lewotoby mengikuti administrasi pemerintahan, dengan lingkungan terkecil adalah rukun tetangga, lalu rukun keluarga dan dusun sebagai yang terluas. Saat ini, Lewotoby itu sendiri dimekarkan menjadi dua dusun yakni Lewotoby A dan B. Selain system kemasyarakatan yang mengikuti pola administrasi pemerintahan, ada juga system adat yang mengatur pola hidup mereka, baik dalam urusan perkawinan maupun penyelesaian kasus tertentu (secara lebih detail, akan dibahas pada sistim perkawinan yang mengatur hidup perkawinan masyarakat Lewotoby, bagian lain bab ini). Sistem adat itu dikepalai oleh seorang ketua adat yang biasa bertugas memimpin pertemuan adat untuk membahas sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan atau kasus tertentu yang harus diselesaikan melalui mekanisme adat.
Dalam system kemasyarakatan, baik pemerintahan maupun adat ini, adanya rasa saling tolong menolong yang amat besar (gotong royong), yang sering tampak dalam peristiwa kecelakaan ,bencana, ritual kematian, dan lain-lain.
6.     Sistem Kesenian