Mohon tunggu...
Theza Elisheva
Theza Elisheva Mohon Tunggu... Penulis - Enthusiastic about a job that emphasizes analysis, problem solving and intellectual challenge.

I am able to adapt to new things and am ready to be trained and mentored based on the company's workflow. If I experience difficulties, I will not give up trying until I give my best to the manager, fellow staff, and clients. I am a person who likes to explore everything so that new insights and skills are an added value for me.

Selanjutnya

Tutup

Love

Aku atau Kamu yang Toxic?

7 November 2021   19:35 Diperbarui: 7 November 2021   19:38 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Namaku El, seorang yang tidak terdeteksi gendernya dan saat ini berusia 23 tahun. Aku ingin bercerita kepada kamu yang membaca ini  sebagai pelipur lara ku karena aku tau dari kemarin orang yang aku sayangi tidak tahu kalau aku bertahan demi rasa sayang ku yang besar kepadanya. 

Aku selalu merasa dunia ini aneh, selalu dipertemukan dengan seseorang yang berbeda kepercayaan dengan ku. Sampai-sampai aku selalu bertanya pada Tuhanku, "Tuhan, maunya apa dari aku? Emang aku harus apa Tuhan?", sangking sudah terlalu seringnya berduka seperti ini dan nasibnya selalu sama "agama kita berbeda, apa yang mau dipaksakan?".

Aku cuma berpikir saja, kalau sekarang Tuhan kasih aku seperti ini lalu selalu diakhiri seperti itu apa ada yang salah dari aku? Aku itu orangnya kalau sudah menyanyai orang benar-benar totalitas haha, karena aku tau rasanya mempertahankan hubungan memang tidak mudah. Tetapi pasangan ku lah yang mudah menyudahinya. Aku sepertinya tidak pernah memutuskan orang yang ku sayang. Walaupun aku tahu ia memiliki cara pandang dan kebiasaan yang berbeda, aku selalu coba untuk menerimanya. Mungkin aku bisa disebut pasangan yang tulus? 

Oh iya, aku juga mau kasih tahu, entah kenapa juga mantan-mantan ku itu selalu mengurangi rasa sayang perlahan-lahan, jadi rasa sayang dia tidak konsisten. Kenapa pada begitu ke aku ya? Memang aku salah apa ya ke mereka?

Menurut aku ya, perbedaan di dalam hubungan kan wajar ya, tinggal sama-sama menerimanya saja dengan mencari solusi. Ya aku menyimpulkan secara gampang misal pasangan ku inginnya aku seperti apa, berarti aku juga bisa bilang pada pasangan ku apa yang aku inginkan dari dia. Eh tapi ternyata ga semulus itu:( Eh tapi malah jadinya selalu berantem:(

Aku sih merasanya aku sama pasangan ku selalu mendapatkan "zing" dari sejak awal. Kamu tau ga zing itu apa? Zing tuh jadi kayak klik gitu, tapi aku juga gatau sih ini penyebutan asing atau gimana... Yaa cuma memang seiring waktu banyak problem dan akhirnya salah satu dari kami pasti ada yang tidak merasakan zing lagi. 

Aku ingin dia mengerti betapa sayang nya aku kepadanya, aku ingin dia memahami kalau berhenti bukanlah jawaban yang aku inginkan. 

Iya sih memang selama ini kami berdua merupakan orang yang sama lah keras. Sebenarnya sesama keras itu tak apa, tapi mungkin cara yang paling tepat adalah jika salah satu lagi keras maka yang satu nya harus melunak.. Ya, aku sadar selama ini aku salah besar dalam memaknai hubungan kasmaran. Berkaca dari masa lalu kalau aku yang selalu bisa mengerti mantan-mantan ku dan akhirnya semenjak aku bertemu orang yang bisa mengerti aku, aku malah memilih berhenti untuk menjadi aku yang dulu bersama mantanku dan menunggu dia yang selalu berusaha untuk aku. Aku salah ya:( aku salah tidak memberitahunya dari awal.. 

Beberapa hari yang lalu kami bertengkar hebat dan dia mengeluarkan semua amunisi kekesalannya. Wah tidak terbayangkan, aku hanya membaca,terdiam, menangis, dan termenung. Tanganku bergetar dan aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Hari ini pun aku masih memperjuangkan dia kok. Ah aku menulis ini sambil menangis lagi. :(

Aku tidak menginginkan perpisahan ini kalau bisa, aku rindu dia yang dulu, aku rindu bagaimana caranya memperlakukan ku sebagai orang yang spesial di matanya. Andai saja dia membaca ini dan mengejarku. 

By the way, aku dengan mantan-mantan ku yang sebelumnya tidak pernah menuliskan cerita seperti ini. Kalau sampai aku melakukan hal yang berbeda dari sebelum-sebelumnya, berarti tandanya apa ya menurut kamu? 

Oh iya, dari tadi aku menceritakan isi hati ku sampai lupa memberitahu identitasnya padamu. Kalau ada yang sudah mengenalinya ssttt diam-diam saja ya hehe. Ia adalah Tian, orang yang sudah membuat ku jatuh cinta tanpa henti. Ia menawan dan rupawan, tetapi bukanlah kebaikan dan prestasinya yang aku banggakan, malah justru sifat-sifat terpendam dia yang orang lain tidak tahu namun aku tahu. Sungguh aneh aku ini.. aku kerap kali kesal dengannya tetapi aku sayang bahkan tidak mengurangi rasa sayangku sedikitpun, malah kian bertambah. Ya sudah ku bilang dari awal hidup ini tidak terduga yaa... 

Masa ya, aku rindu disaat ia selalu bercerita pada ku saat ku terkena musibah yang cukup masif menyerang negara ku.. Tapi, aku rindu semua sih tidak hanya pada saat ia mendongeng saja.. 

Hmm, semenjak ia berbeda seperti ini, aku mengalami pergolakan batin yang cukup dasyat. Aku tidak nafsu makan, aku tidak nafsu bekerja, yaa pokoknya apapun yang aku lakukan hambar dan selalu mengarah untuk menangis:( 

Aku tidak tahu bagaimana caranya dia bisa secepat itu tidak merasakan apa-apa seakan menyelesaikan hubungan ini baik-baik saja. Tapi aku sebenarnya ingin dia peka perasaan ku:(

Mungkin aku akan menulis judul bab ini dengan nama Tian. Ah aku merindukannya setiap saat. 

P.S:

Sampai kapan kamu akan seperti ini? 

Sampai kapan aku menunggumu untuk kembali?

Begitulah sekiranya sepenggal cerita dari seorang yang bernama El, didalam dirinya antara hati, batin, dan pikiran selalu berdebat dalam mempertahankan seseorang yang dicintainya. Biasanya wanita yang sering bercerita pada teman atau sahabat terdekatnya untuk meluapkan rasa kesal dan sedih, sedangkan pria lebih banyak diam dan memendam permasalahan yang ada dan akhirnya hanya bersandar pada pemikirannya sendiri. 

Cara yang dilakukan oleh wanita ada benarnya, karena dengan bercerita otomatis bertukar pikiran dengan orang lain, lantas mendapatkan pandangan dan ilmu baru yang dijadikan bekal untuk berhadapan dengan sang pasangan.

Kamu tahu? Kata-kata yang paling banyak dilontarkan pada saat kedua insan yang mempunyai relasi intim seperti apa? Segala problem yang sedang diderita pasti seperti ini:

"Aku capek kita berantem terus, kamu ga pernah ngerti"

"Kamu yang ga pernah bisa memahami dan mengerti"

"Kenapa sih kamu selalu menilai aku yang buruk?"

"Aku pengen kamu tuh ada waktu buat aku!"

"Kapan sih kita bisa sehari aja ga bertengkar?"

"Kita berdua capek fisik dan batin tau ga? Kamu yang buat semuanya ini"

Ya, semua kata-kata diatas menggambarkan fenomena keributan setiap pasangan pastinya, aku rasa, yang tidak dapat menyatukan hati dan pikiran sehingga selalu saja berselisih dan tidak menemukan solusi yang dapat mengakrabkan kembali hubungan keduanya. Baik yang sudah mengikat janji pernikahan maupun yang masih berpacaran sebenarnya problemnya sama, tidak jauh-jauh dari egois. Sehingga tak jarang salah satu diantaranya merasa hilang rasa atau justru  keduanya merasa saling hilang rasa. 

Lalu apa yang harus dibutuhkan untuk menyelamatkan hubungan ini? Hanya butuh kepekaan, rendah hati, memaafkan dan menerima. Karena hanya rendah hati satu-satunya cara untuk menyatukan kembali hubungan yang renggang. Melepaskan dan merelakan bukanlah pilihan yang tepat selagi masih bisa dibicarakan, namun ini merupakan pilihan terakhir jika memang pasangan kamu atau diri kamu sendiri merasa sudah tidak ada lagi yang perlu diluruskan. Memang ya, hanya kesamaan prinsip, visi dan misi merupakan syarat utama menyatukan hati. Terluka jika harus berpamitan, masih mengingat perjuangan awal namun sepertinya hanya sia-sia.

Ya, Tuhan memang Maha membolak-balikkan hati manusia. Seberapapun usaha yang dilakukan jika pasangan kamu atau diri kamu sendiri sudah merasa terpaksa maka yang terjadi adalah hubungan ini bukannya membaik malah akan semakin terseok-seok. Memberi waktu dan ruang juga butuh takarannya, jika semakin lama membiarkan maka orang yang sedang kamu perjuanngkan ini semakin jauh. Seperti tidak jelas kan perlakuan yang tepat bagaimana? 

Jika membiarkan, maka kita melepaskannya. Jika mengejar, maka kita membiarkannya lepas dalam waktu cepat. Tapi sejauh ini, masih menjadi abu-abu problematika hubungan seperti ini apakah bisa dikatakan sebagai toxic relationship? Karena sepemikiran beberapa orang, hubungan toxic pasti melibatkan kekerasan. Okay, ada baiknya mengenali lebih dalam hubungan yang membangun dan hubungan yang saling menyakiti.

Toksisitas adalah tingkat merusaknya suatu zat jika dipaparkan terhadap organisme. Toksisitas dapat mengacu pada dampak terhadap seluruh organisme, seperti hewan, bakteri, atau tumbuhan, dan efek terhadap substruktur organisme, seperti sel (sitotoksisitas) atau organ tubuh seperti hati (hepatotoksisitas). 

Tetapi toxic bisa juga berasal dari manusia, pribadi "toxic" adalah jenis pribadi yang suka menyusahkan dan merugikan orang lain baik secara fisik maupun emosional. Seorang ahli komunikasi dan psikologi yang berbasis di California AS, Dr Lillian Glass, kali pertamanya memperkenalkan istilah "toxic" lewat bukunya bertajuk Toxic People pada tahun 1995. Ciri-ciri dari manusia yang toxic diantaranya: a) hanya mau senangnya saja, b) tidak berempati atau bersimpati, c) suka mengontrol dan memanipulasi orang lain, d) tidak mau mengakui kesalahan atau minta maaf, e) sering merendahkan atau meremehkan orang lain. Perilaku toxic biasanya dilatarbelakangi masalah kesehatan mental yang tidak terdiagnosis, seperti depresi, gangguan kecemasan, atau trauma.

 Dalam suatu hubungan lumrah dan pastinya niscaya mengalami pasang surut, namun jika membuat salah satu pihak merasa tertekan, terancam hingga menguras energi setiap saat itu sudah dinamakan hubungan beracun atau biasa disebut toxic relationship. Toxic relationship adalah hubungan yang membuat salah satu pihak merasa tidak didukung, direndahkan, atau diserang. Hubungan beracun bisa terjadi dalam asmara, teman, sahabat, rekan kerja, dan keluarga. 

Menurut Glass, penyebab toxic relationship beragam, tergantung latar belakang dan kondisi seseorang -- bisa disebabkan hilangnya rasa kepercayaan, sikap posesif dari salah satu pihak, perselingkuhan yang berulang, bahkan kekerasan dan pelecehan. 

Terdapat 8 ciri toxic relationship, yakni: a) merasa sudah berjuang sampai energi terkuras tetapi tidak dihargai, b) harga diri lambat laun menurun, c) merasa tidak didukung, kerap direndahkan, diserang, atau salah paham, d) komunikasi sering berakhir dengan cekcok, lelah akut, atau meninggalkan rasa tertekan, e) muncul keinginan untuk balas dendam karena tindakan tidak menyenangkan, f) setiap saat khawatir karena tidak ingin diserang jadi harus ekstra hati-hati, g) kerap perlu usaha mati-matian sampai mencurahkan banyak waktu dan tenaga untuk menghibur salah satu pihak, h) segala sesuatu yang dilakukan salah. 

Toxic relationship bisa ditimbulkan karena kepribadian pasangan yang berbeda drastis. Cara untuk keluar dari hubungan toxic menurut psikolog Ikhsan Bella Persada ialah harus disadari oleh kedua belah pihak, yaitu dengan: 

 1. Komunikasikan tentang permasalahan dalam hubungan

 Entah karena tidak memahami satu sama lain, sampai akhirnya ada salah satu yang melalukan tindakan kekerasan. Karena itulah diharapkan harus menemukan akar permasalahannya. Jika tidak dapat diatasi, jalan yang terbaik adalah perpisahan.

 2. Pikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya

 Jika sudah mantap berhenti berhubungan, buatlah rencana untuk menghadapi masa transisi.

 3. Tetapkan tujuan untuk mandiri

 Mulailah mengukir jalan sendiri.

 4. Beri tahu seseorang

 Tidak perlu merahasiakan apapun, minta bantuan kepada oranglain.

 5. Berhenti berbicara dengan pasangan

 Seseorang yang toxic sangat manipulatif dan menggunakan perasaan emosional mereka untuk memikat seseorang.

 6. Luangkan waktu untuk diri sendiri

 Mencari bantuan profesional.

 Dengan menyikapi pembahasan mengenai toxic dan toxic relationship diatas, jadi tersadar bahwa ternyata selama ini hubungan yang terjalin diantara El dengan kekasihnya temasuk kedalam toxic relationship.

El merupakan pribadi yang memiliki trauma masa lalu, yang ia harapkan dari kekasihnya adalah memiliki pengertian lebih terhadap apa yang terjadi padanya. Namun, sang kekasih lama-lama terbebani dengan kondisi El yang tidak kunjung sembuh dan pada akhirnya ia merasa kalau ia kelelahan menghadapi El. 

Tetapi pandangan dari kekasih El berbanding terbalik dengan yang El rasakan, walaupun memang El selalu berusaha untuk sembuh, namun El selalu berharap kekasihnya lah yang lebih memahami ia padahal seharusnya keduanya lah saling memahami. Selain itu, relasi yang terjadi antara El dengan kekasih tidak pernah menemui titik temu karena keduanya sama-sama bersandar pada pengertian diri sendiri, maka selalu berakhir dengan bertikai, istilahnya mah "aku maunya apa, kamu maunya apa". 

Seringkali El merasa kenapa dirinya selalu dikatakan tidak cocok oleh mantan pasangannya, lalu teman dari El memberi refleksi -- "sampai kapanpun mencari yang benar-benar cocok seperti keinginan tidak mungkin, sekalipun sudah cocok juga pasti ada satu atau dua hal yang berbeda karena setiap manusia pada dasarnya berbeda. 

Kecocokan dalam suatu hubungan itu dengan dibangun" -- dari sini El sadar bahwa menjalin hubungan memanglah tidak mudah dan sangat dibutuhkan kesatuan hati menyatukan pikiran, perasaan dan pendapat kedua belah pihak. Memang memutuskan untuk berpacaran haruslah siap sakit hati, tetapi selama masih bisa diselamatkan ada baiknya dibicarakan baik-baik. 

El mungkin terindikasi toxic terhadap pasangannya, tetapi El tidak bisa disalahkan sepenuhnya membawa pengaruh buruk, karena semua ini terjadi pasti atas dasar jika ada suatu masalah bukannya dibahas atau dibicarakan, namun dibiarkan terus menerus hingga membukit dan tidak adanya pertemuan untuk membicarakan hal apa yang mengganjal di hati masing-masing. 

Kesalahan terbesar dalam suatu hubungan adalah keegoisan, hal ini lah yang harus dijauhkan jikalau mendambakan hubungan yang awet. Sekarang, hanya waktu yang bisa mempertemukan keduanya, hanya kesempatan yang kembali memulihkan peristiwa yang telah terjadi.

"Aku atau kamu bukanlah toxic, kita berdua hanya saling belum mengenal secara utuh. Aku percaya Tuhan sengaja mempertemukan kita, aku percaya Tuhan menginginkan kita berdua bertahan dan belajar. Semangat untuk aku, semangat untuk kamu, setiap hal yang dilalui adalah pembelajaran untuk semakin menguatkan." -- Theza

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun