4. Beri tahu seseorang
 Tidak perlu merahasiakan apapun, minta bantuan kepada oranglain.
 5. Berhenti berbicara dengan pasangan
 Seseorang yang toxic sangat manipulatif dan menggunakan perasaan emosional mereka untuk memikat seseorang.
 6. Luangkan waktu untuk diri sendiri
 Mencari bantuan profesional.
 Dengan menyikapi pembahasan mengenai toxic dan toxic relationship diatas, jadi tersadar bahwa ternyata selama ini hubungan yang terjalin diantara El dengan kekasihnya temasuk kedalam toxic relationship.
El merupakan pribadi yang memiliki trauma masa lalu, yang ia harapkan dari kekasihnya adalah memiliki pengertian lebih terhadap apa yang terjadi padanya. Namun, sang kekasih lama-lama terbebani dengan kondisi El yang tidak kunjung sembuh dan pada akhirnya ia merasa kalau ia kelelahan menghadapi El.Â
Tetapi pandangan dari kekasih El berbanding terbalik dengan yang El rasakan, walaupun memang El selalu berusaha untuk sembuh, namun El selalu berharap kekasihnya lah yang lebih memahami ia padahal seharusnya keduanya lah saling memahami. Selain itu, relasi yang terjadi antara El dengan kekasih tidak pernah menemui titik temu karena keduanya sama-sama bersandar pada pengertian diri sendiri, maka selalu berakhir dengan bertikai, istilahnya mah "aku maunya apa, kamu maunya apa".Â
Seringkali El merasa kenapa dirinya selalu dikatakan tidak cocok oleh mantan pasangannya, lalu teman dari El memberi refleksi -- "sampai kapanpun mencari yang benar-benar cocok seperti keinginan tidak mungkin, sekalipun sudah cocok juga pasti ada satu atau dua hal yang berbeda karena setiap manusia pada dasarnya berbeda.Â
Kecocokan dalam suatu hubungan itu dengan dibangun" -- dari sini El sadar bahwa menjalin hubungan memanglah tidak mudah dan sangat dibutuhkan kesatuan hati menyatukan pikiran, perasaan dan pendapat kedua belah pihak. Memang memutuskan untuk berpacaran haruslah siap sakit hati, tetapi selama masih bisa diselamatkan ada baiknya dibicarakan baik-baik.Â