Memang benar, praktik korupsi telah berlangsung lama di Indonesia dan seolah-olah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun, ini bukan berarti korupsi sudah menjadi bagian dari identitas bangsa. Korupsi adalah hasil dari sistem yang lemah, pengawasan yang tidak efektif, dan kurangnya kesadaran akan dampak buruknya.
Mengelompokkan korupsi sebagai budaya memiliki konsekuensi yang berbahaya. Pertama, hal ini dapat memunculkan sikap fatalisme dan membuat masyarakat merasa bahwa tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengubah situasi. Kedua, hal ini dapat melemahkan upaya pemberantasan korupsi karena dianggap sebagai perjuangan melawan arus budaya.
Korupsi adalah sebuah pilihan, bukan keharusan. Setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih antara bertindak jujur atau korup. Dengan demikian, upaya untuk memberantas korupsi harus diarahkan pada perubahan sistem, peningkatan pengawasan, dan pendidikan karakter. Masyarakat Indonesia harus menyadari bahwa korupsi adalah musuh bersama yang harus dilawan.
Alih-alih menyebut korupsi sebagai budaya, lebih tepat jika kita menyebutnya sebagai penyakit sosial yang harus segera diobati. Dengan mengubah cara pandang kita terhadap korupsi, kita dapat membangun harapan untuk masa depan yang lebih baik, di mana keadilan dan kesejahteraan menjadi milik bersama.
Kesimpulan
Korupsi di Indonesia adalah masalah multidimensi yang membutuhkan solusi komprehensif. Tidak ada satu faktor tunggal yang dapat dijadikan kambing hitam. Baik faktor budaya maupun politik memiliki peran yang sama pentingnya dalam mendorong dan memperpetuasi praktik korupsi.
Penting untuk diingat: Pemberantasan korupsi adalah proses yang panjang dan membutuhkan komitmen dari seluruh lapisan masyarakat. Tidak ada jalan pintas untuk mengatasi masalah ini.