Mohon tunggu...
Enrique Justine Sun
Enrique Justine Sun Mohon Tunggu... Freelancer - Technical Information Student • Psychology and Philosophy Enthusiast • Organizational Activists

Jendela Pendidikan Merubah Masa Depan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kupas Tuntas Korupsi: Warisan Budaya atau Penyakit Politik???

15 Agustus 2024   16:21 Diperbarui: 15 Agustus 2024   18:35 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang benar, praktik korupsi telah berlangsung lama di Indonesia dan seolah-olah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun, ini bukan berarti korupsi sudah menjadi bagian dari identitas bangsa. Korupsi adalah hasil dari sistem yang lemah, pengawasan yang tidak efektif, dan kurangnya kesadaran akan dampak buruknya.

Mengelompokkan korupsi sebagai budaya memiliki konsekuensi yang berbahaya. Pertama, hal ini dapat memunculkan sikap fatalisme dan membuat masyarakat merasa bahwa tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengubah situasi. Kedua, hal ini dapat melemahkan upaya pemberantasan korupsi karena dianggap sebagai perjuangan melawan arus budaya.

Korupsi adalah sebuah pilihan, bukan keharusan. Setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih antara bertindak jujur atau korup. Dengan demikian, upaya untuk memberantas korupsi harus diarahkan pada perubahan sistem, peningkatan pengawasan, dan pendidikan karakter. Masyarakat Indonesia harus menyadari bahwa korupsi adalah musuh bersama yang harus dilawan.

Alih-alih menyebut korupsi sebagai budaya, lebih tepat jika kita menyebutnya sebagai penyakit sosial yang harus segera diobati. Dengan mengubah cara pandang kita terhadap korupsi, kita dapat membangun harapan untuk masa depan yang lebih baik, di mana keadilan dan kesejahteraan menjadi milik bersama.

 Kesimpulan

Korupsi di Indonesia adalah masalah multidimensi yang membutuhkan solusi komprehensif. Tidak ada satu faktor tunggal yang dapat dijadikan kambing hitam. Baik faktor budaya maupun politik memiliki peran yang sama pentingnya dalam mendorong dan memperpetuasi praktik korupsi. 

Penting untuk diingat: Pemberantasan korupsi adalah proses yang panjang dan membutuhkan komitmen dari seluruh lapisan masyarakat. Tidak ada jalan pintas untuk mengatasi masalah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun