Mohon tunggu...
The Storm
The Storm Mohon Tunggu... Freelancer - Guru

Iseng aja

Selanjutnya

Tutup

Horor

Guardian Pembasmi Iblis (Novel Tokusatsu Indonesia) Chapter 2: Sisi Kelam

27 November 2024   13:28 Diperbarui: 28 November 2024   11:50 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di lain pihak, si gondrong yang semalam membunuh si kacamata terlihat tengah berdiskusi dengan beberapa orang di sebuah 'warteg'. Nama si gondrong adalah 'Cakil' dan merupakan pimpinan dari beberapa orang yang tengah berdiskusi itu. Ia mendiskusikan tentang ketua geng 'Tangan Baja' yang akan datang sendirian untuk merebut wilayah kekuasaan Cakil selaku preman di wilayah tersebut. 

Ketua geng Tangan Baja bernama julukan 'Jangkung' itu kabarnya sangat kejam dan memiliki banyak 'ilmu ghaib' yang membuatnya tak terkalahkan. Hal itu membuat anak buah Cakil takut setengah mati. Tapi, Cakil bilang hadapi saja dulu. Kalau mereka kalah, Cakil yang akan maju. Ada yang setuju, ada yang tidak. Yang tidak langsung dibentak Cakil dan diancam akan dibunuh oleh Cakil hari itu juga. Akhirnya, mereka pun setuju.

Di saat seperti itu, tiba-tiba...

"Woy! Bangsat bangsat tengik!" Seseorang berteriak tak jauh dari warteg yang membuat semua mata tertuju pada sumber suara tersebut.

"Ja-jangkung?!" kata salah satu anak buah Cakil begitu tahu siapa orang itu.

"Cepet serahin wilayah loe atau loe semua mati di tangan gw!" perintah Jangkung. Pria tinggi ini mengenakan jaket dengan gambar kepalan tinju di dada sebela kiri dan punggungnya.

"Tunggu apa lagi? Serang!" perintah Cakil pada anak buahnya.

Semua anak buah Cakil langsung membuang rasa takutnya dan maju menyerang Jangkung.

Jangkung yang dikeroyok anak buah Cakil terlihat sangat tenang menghadapi serangkaian pukulan serta tendangan dari anak buah Cakil. Hingga akhirnya beberapa anak buah Cakil itu tumbang dengan bagian tubuh yang ditinju Jangkung hancur hanya dengan sekali tinjuan. Melihat hal demikian, anak buah Cakil yang tersisa segera mengeluarkan golok dari balik jaket mereka dan langsung menyerang Jangkung. Namun, Jangkung membiarkan semua tebasan golok mengenai tubuhnya. Tebasan demi tebasan yang dilancarkan anak buah Cakil tidak membuat Jangkung terluka sama sekali. Jangkung justru tertawa terbahak-bahak, sebelum akhirnya meninju anak buah Cakil satu persatu hingga bernasib sama dengan yang sudah ditinju Jangkung sebelumnya. Kini, hanya tinggal Cakil saja.

"Sekarang tinggal loe. Loe juga mau mampus?!" gertak Jangkung pada Cakil.

Tanpa ragu, Cakil pun maju ke medan laga.

"Ayo serang gw!" tantang Jangkung.

"Loe aja yang nyerang, gimana?" tawar Cakil.

Jangkung tertawa. "Emang bener-bener mau mampus loe ye!" Ia pun mengepal tangan kanannya kuat-kuat dan merangsek ke arah Cakil.

Akan tetapi, pukulan Jangkung ke dada Cakil tidak berefek apa-apa. Jangkung tak menyangka hal itu bisa terjadi.

"K-kok bisa?? Padahal tangan gw udah ada isiannya." Jangkung melemas.

"Kenapa?" Cakil tersenyum miring. "Cuma segitu?"

"Loe cuma beruntung, bajingan!" Jangkung kembali meninju Cakil.

Namun lagi-lagi, tinjuannya tidak berefek. Merasa kesal, Jangkung kembali meninju Cakil. Tapi, berapa kali pun ditinju, Cakil tak jua roboh atau minimal bergeser dari tempatnya berpijak.

"Nggak. Nggak mungkin," keluh Jangkung seolah tak percaya. "Pukulan Naga Geni gw nggak mempan. Kenapa??"

"Sekarang, giliran gw." Cakil tersenyum sinis, kemudian langsung meninju dada Jangkung hingga tangan Cakil menembus dadanya.

Jangkung menyemburkan darah. "A-apa ini? Bahkan ilmu kebal gw pun-"

Belum sempat Jangkung melanjutkan, Cakil menarik 'jantung' Jangkung keluar.

Jangkung berteriak kesakitan. Suaranya jadi serak dan tak beraturan. "To-tolong ja-jangan bunuh gw."

Cakil tertawa keras, sebelum akhirnya memakan jantung tersebut. Jangkung pun tewas seketika. Sementara Cakil lanjut memakan tubuh Jangkung, menggerogotinya sampai habis. Untungnya, tidak ada orang di sana yang melihat aksi sadis itu.

Beberapa lama kemudian, setelah tempat tersebut sepi, Satria tiba disana. Ia melihat-lihat tubuh orang-orang yang mati dibantai oleh Jangkung tadi.

"Siapa yang melakukan ini?" ucap Satria.

Permata Biru di tangan kiri Satria berbicara, "Sepertinya bukan ulah manusia biasa."

"Ulah Shadow kah, Skylar Biru?" tanya Satria.

Permata yang dipanggil Skylar Biru itu menjawab, "Kalau menurutku bukan. Lagipula, dari luka masing-masing orang tidak ada jejak aura Shadow yang kurasakan. Aku hanya merasakan aura Shadow ada di sekitar sini. Mungkin dia hanya lewat, atau ..."

"Apa?" tanya Satria.

"Tidak, aku takut dugaanku salah," jawab Skylar Biru.

"### Kalau begitu, kita lanjutkan pencarian." Satria kembali melangkah, meninggalkan tempat itu.

Malam harinya, Cakil yang habis mabuk-mabukan pulang ke rumahnya dengan tubuh sempoyongan. Ia mengetuk-ngetuk pintu rumah yang sederhana itu beberapa kali hingga keluarlah gadis cantik berkulit putih, bermata bundar, dan beralis tebal, membukakan pintu itu.

"Abang? Abang mabok terus?" kata gadis itu.

"Diem, Gadis!" gertak Cakil. "Siapin makanan cepet!"

"U-udah ada di meja, bang." Gadis tergagap takut.

Cakil langsung masuk ke dalam rumah dan sempat menabrak Gadis hingga jatuh.

Begitu sampai di meja, raut wajah Cakil langsung berubah marah begitu ia melihat hanya ada nasi dan tahu-tempe saja di sana.

"GADIS!!!" teriak Cakil marah.

"Iya, bang!!!" sahut Gadis dari luar yang langsung datang ke tempat Cakil.

"Kok makanannya ini lagi-ini lagi??? Loe pikir gw nggak bosen makan beginian hampir tiap hari???" teriak Cakil yang masih dalam keadaan marah.

"Maaf, bang. Duit Gadis udah abis buat abang beli minuman keras," jawab gadis dengan nada pelan. "Tapi besok Gadis usahain beli makanan yang enak buat abang. Besok Gadis mau coba kasbon."

"Awas kalau bohong!" ancam Cakil.

"Nggak bang, tenang aja." Gadis tersenyum dipaksakan. "Ya udah, Gadis mau tidur dulu, besok kan harus kerja."

Cakil tidak berkomentar lagi. Dan Gadis pun langsung beranjak pergi.

Begitu sudah sampai di kamar, Gadis langsung merebahkan dirinya dan menatap langit-langit. Ia berharap besok bisa kasbon demi menyenangkan kakaknya yang kerjanya hanya memalak orang dan mabuk-mabukan. Sejujurnya, semenjak kedua orangtuanya meninggal, Gadis tidak tahan tinggal bersama kakaknya yang kasar dan suka merampas uang miliknya. Meski dapat uang hasil palakan, Cakil tidak pernah memberikannya pada Gadis. 

Uang itu selalu dipakai Cakil untuk mabuk-mabukan, bahkan main perempuan. Sudah banyak perempuan yang ia ajak tidur di rumahnya. RT atau RW setempat yang takut dengan Cakil yang kejam selalu menasehati Gadis agar menegur kakaknya itu. 

Tapi, yang Gadis dapat selalu perlakuan kasar dari kakaknya ketika Gadis menasehatinya baik-baik. Gadis selalu berharap agar suatu saat kakaknya bisa berubah. Ia ingin sekali mempunyai kakak yang bisa menghargainya meski hanya sedikit. 

Di tempat kerjanya, Gadis tidak bisa menemukan sosok yang bisa menghargainya. Laki-laki disana hanya tertarik pada kecantikan Gadis dan ingin menikahi Gadis hanya karena parasnya. Padahal, menikah itu butuh tanggung jawab yang besar. Gadis berharap suatu hari nanti, ada laki-laki yang tidak hanya melihat parasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun