Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasus Dosa Turunan [Detektif Kilesa]

24 Desember 2021   08:57 Diperbarui: 24 Desember 2021   09:05 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baiklah, kalau begitu, aku setuju. Kita kembali lagi esok hari, dengan harapan kami bisa membawa tubuh tuan Thomas Wijaya menuju rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut."

Para anggota keluarga pun saling mengangguk. Akhirnya kami pun mohon diri dari ruangan itu dan menuju pintu keluar. Belum kami sempat menutup pintu, suara argumen kembali terdengar dari dalam. Namun aku tidak ingin ambil pusing. Kami pun menyusuri jalan taman untuk keluar dari pekarangan. Charles menyeletuk.

"Sayang sekali, rumah seasri ini mengandung kebusukan di dalamnya."

"Apa maksudmu, Charles? Aku tidak tahu bahwa kau bisa berpuisi."

"Maksudku, benar -- benar ada mayat busuk, bukan, di dalamnya? Dalam waktu dua hari, pemeriksaan autopsi tidak akan berlaku lagi. Aku bahkan kaget mengapa kau setuju dengan usul Katrin, Kilesa."

"Aku setuju, agar kita bisa keluar dari rumah ini. Kita harus memanggil kesatuan."

Charles mengernyit, "Apa maksudmu, Kilesa? Jangan katakan bahwa tuan Thomas telah dibunuh, dan kau sudah tahu pelakunya."

Aku hanya menyunggingkan senyum. "Kita bertiga tidak akan sanggup, oleh karena itu kita harus memanggil kesatuan." Aku menoleh kepada Mahmud, "Kau benar, Mahmud, ini merupakan kasus kriminal."

"Seperti dugaanku, Kilesa. Jadi bagaimana sekarang? Perlukah aku memasang garis kuning di depan pagar ini?"

"Agar pelakunya tidak keluar? Ya, Mahmud, pasang saja."

Kasus lain dapat dilihat di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun