Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasus Dosa Turunan [Detektif Kilesa]

24 Desember 2021   08:57 Diperbarui: 24 Desember 2021   09:05 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dosa Turunan (sumber: cnnindonesia.com)

"Omong kosong, Sukma, ayah tidak mungkin mati karena sakit jantung biasa! Kau tahu apa yang ia lakukan. Ia sudah menjual harga dirinya, dan mendapatkan kekayaan sebagai gantinya! Juga nyawanya! Sekarang ia sedang membusuk di alam neraka!"

"Jaga omonganmu, Katrin, ayah bukan orang seperti itu! Dan tolong hormati ayahmu. Apakah kau mendoakan ia memang benar -- benar membusuk di neraka? Sungguh seorang anak yang tidak berbakti kepada orang tua!"

Dua wanita paruh baya yang bertengkar menjadi pemandangan kami ketika memasuki rumah minimalis itu. Keduanya berada di tengah, dengan telunjuk teracung di udara, dan di belakang, dengan sofa yang mengelilingi ruangan, telah duduk tiga pria. Kalau bisa kutebak, dua orang merupakan suami dari wanita -- wanita ini, dan satu adalah saudara kandung keduanya. Dan orang inilah yang menengahi keduanya.

"Perhatikan tingkah laku kalian, Sukma, Katrin. Pak polisi telah tiba, dan jangan permalukan ayah kita di depan orang lain."

Perlahan -- lahan Sukma dan Katrin mereda, namun Sukma masih sempat melempar cemoohan. "Yang kami butuhkan adalah notaris, bukan polisi tambahan. Sayang sekali bapak polisi yang berkulit gelap ini tidak punya telinga."

Aku tahu ia merujuk pada Mahmud, dan aku saling berpandangan dengan kedua kolegaku. Namun arti pandanganku lebih ke arah Sukma yang meminta notaris. Aku sudah paham. Ini adalah masalah pertengkaran warisan. Jadi untuk apa kami berada di sini?

Atau mungkin Thomas dilenyapkan karena masalah warisan?

Mahmud menuntun kami untuk duduk di sofa. Seorang bocah kemudian datang dan melayani, menyajikan minuman ke atas meja. Aku menatap ke sekeliling dan menyadari bahwa isi rumah itu pun minimalis. Hanya ada satu dua buah lukisan, sebuah patung keramik, dan beberapa ornamen hias gantung. Ruangan samping pun hanya terdiri dari satu atau dua buah.

Mahmud lalu mengambil alih pembicaraan, memberikan penjelasan kepada kami.

"Tuan Thomas Wijaya telah mangkat di hari Sabtu, pagi tadi pada pukul 1.30 dengan sakit jantung koroner yang telah dideritanya selama setahun ini. Tidak ada komplikasi dalam, tidak faktor dari luar seperti stress atau cedera luar, yang mempengaruhi kematian tuan Thomas. Sebenarnya jasadnya hanya perlu dibawa menuju rumah sakit, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, lalu layak untuk dikuburkan..."

"Tunggu dulu, tuan polisi, kamilah yang berhak memberikan ijin kepada polisi untuk membawanya menuju rumah sakit. Saat ini, kami belum memberikan ijin."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun