Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kasus Perjamuan Terakhir [Detektif Kilesa]

3 September 2021   15:31 Diperbarui: 3 September 2021   16:02 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Cucu pertama Guntur Hermawan, adiknya, Lolita Hermawan, beserta cucu dari anak kedua, Andy Hermawan. Ketiga anak ini berada di ruangan ini dan bermain -- main. Aku mengingat Guntur melempar slime ke muka Lolita dan ia membalasnya dengan pedang plastik, memukulnya di punggungnya sehingga anak itu kesakitan dan menangis. Andy tertawa terbahak -- bahak. Namun, tangisan dan tawa itu berhenti ketika istri tuan Trisna, Charissa, melerai ketiganya."

Aku ingin melanjutkan pertanyaan namun Jamet menghentikan niatku. "Di depan tv ini, tuan Alfred, pasti ada orang yang merebahkan diri di kasur styrofoam ini."

"Pak polisi betul. Anak keempat tuan Bobby, tuan Sandy Hermawan bersama istrinya, Indri Gitarja, berada di kasur styrofoam itu."

"Bersama dalam arti..."

"Berpelukan, tuan polisi."

Jamet mengangguk -- angguk malu karena tidak menyangka jawaban Alfred akan sedetail itu. Aku melanjutkan berkeliling. Sebagai seorang konglomerat, memiliki lukisan antik adalah sebuah keharusan. Dan tidak ada satupun sudut dinding yang kosong. Selain itu Bobby Hermawan memiliki seleranya sendiri. Lukisan -- lukisan ini bertemakan sejarah. Mulai dari perang nusantara, perang Amerika, hingga jaman perang Romawi.

Aku kembali bertanya pada Alfred. Ia menjelaskan, "Tuan Bobby Hermawan bukanlah seorang konglomerat yang mengumpulkan kekayaannya dari warisan. Ia menghargai kerja keras dan kemampuan. Ia menjelaskan padaku hidup layaknya perang, kita harus berusaha dan bertindak sekuat tenaga. Itulah mengapa lukisan -- lukisan ini bertema perang."

Aku mengangguk -- angguk. Sebuah guci di pojok ruangan menarik perhatianku. Ada payung -- payung dan tongkat di guci itu. Namun, karena penglihatanku cukup jeli, aku menarik sebuah pedang plastik. Alfred kembali menjelaskan.

"Pedang itulah yang digunakan Lolita untuk memukul Guntur hingga menangis."

Aku mengembalikan pedang itu ke dalam guci lalu beralih menuju buffet. Buffet ini menjadi penting karena pak bos berkali -- kali menekankan bahwa ada sebuah makanan pemicu yang menjadi penyebab sakit jantung Bobby Hermawan. Aku harus jeli di sini. Namun penyelidikan pertamaku ke atas meja buffet membuahkan kekecewaan. Semua sisa makanan adalah para penyebab kolesterol. Contohnya adalah opor ayam dan ayam gulai. Bekas minyak pun bertebaran. Selain itu ada aroma wine beralkohol. Alfred mengerti tanpa perlu kutanyakan.

"Tuan Bobby tidak bersantap di sini. Ini adalah untuk perjamuan keluarga."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun