"Bukan, bu, saya sama sekali tidak merasa terganggu. Hanya saja, ada yang perlu saya sampaikan. Saya memerhatikan dengan seksama tindakan dari kolega -- kolega ibu, dan ada seseorang yang bertindak di luar batas."
"Sekali lagi, saya mohon maaf, kalau bapak merasa terganggu. Saya atas nama Brotoseno meminta maaf."
"Bertindak di luar batas, maksud saya di sini adalah sebuah tindak kriminal, Bu Hakim."
Bu Hakim tercekat mendengar ucapanku, dan tatapan matanya berubah dari yang sebelumnya. Aku melanjutkan, "Salah seorang kolega ibu, yang berposisi di kursi ini, sudah melakukan kejahatan. Ia sudah mencuri..."
Kali ini Bu Hakim yang menghentikan ucapanku dengan memegang tanganku. Ia berdiri, lalu tersenyum. Ucapannya berikutnya membuatku terkejut.
"Aku sudah paham dengan apa yang terjadi, pak. Aku tahu dan melihat semuanya. Oleh karena itulah aku menggiring mereka ke rumahku. Suamiku akan mengurus orang ini dengan caranya sendiri. Tenang saja, kujamin masalah ini akan terselesaikan dengan baik. Suamiku sendiri adalah pihak yang berwenang."
Ah! Aku pun memasang senyum, "Oh, baiklah, kalau begitu. Masalah sudah selesai, saya harap?"
"Tentu saja, tuan...?"
"Namaku adalah Kilesa."
"Aku Amelia. Salam kenal, pak, dan selamat tinggal."
***