Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasus Ibu-ibu Ganjen [Detektif Kilesa]

14 Agustus 2020   14:47 Diperbarui: 14 Agustus 2020   15:41 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Cincin apa itu, Tika? Dari mana kau beli?"

Indira sudah melayangkan tangannya untuk menyentuh berlian di cincin itu, tapi Tika dengan cepat mengusir tangan itu. "Cincin ruby diamond tiga. Hanya ada tiga di dunia. Hadiah dari suamiku tercinta. Oh, suamiku itu. Memang suami terbaik di dunia!"

Sementara itu Utari tidak mau kalah. "Kalau cuma tiga, itu belum ada apa -- apanya. Aku diamond sepuluh, di atas emas 23. Pasti kau tidak percaya, Tika."

Shanty seperti terpecut, "Omong kosong, Utari. No pic hoax!"

Utari membentangkan telunjuk sebagai tanda peringatan, lalu mengeluarkan dari tasnya sebuah berlian yang sangat mengilap. Kuakui aku pun sedikit silau karena berlian itu. Mungkin karena jumlah berliannya ada sepuluh, sehingga memantulkan cahaya berbeda -- beda dari sudut yang berlainan.

Seluruh anggota berdecak kagum. Widuri tertua kemudian bertanya, "Mengapa kau simpan di dalam tas? Tidak kau pakai, Utari?"

"Banyak maling di jalanan, Charlotte. Benda ini mahal sekali. Minimal sepuluh M, kata suamiku. Kau tahu sendiri, ia bekerja di properti, jadi, uang sepuluh M memang tidak banyak. Tapi kalau cincin ini hilang, pasti masuk berita. Aku tidak suka."

Sekarang Kartika yang nyinyir. Sepertinya sifatnya dengan Utari sama saja. "Dengan sifatmu yang suka perhatian dan menyinggung orang, saya terkejut, Utari. Sudah, akui saja. Kau pasti ingin masuk berita. Masuk TV. Kau memamerkan cincin itu, agar nanti kalau hilang, kami bisa berikan testimoni. Lalu klarifikasi. Bukankah begitu?"

Utari naik pitam, "Hey akui saja, ibu menor! Cincin rubymu kalah olehku sehingga kau iri setengah mati! Kau yang akui saja!"

Kartika dan Utari sudah berdiri di tempatnya masing -- masing sehingga Bu Hakim terpaksa menenangkan keduanya. Sementara itu Rachel tertawa. "Sungguh konyol, teman -- temanku ini. Bertengkar karena soal harta. Padahal sebagian besar uang mereka berasal dari harta warisan. Hahaha, sungguh konyol."

Indira menanggapi, "Betul, sama seperti harta kekayaan keluarga Widuri. Apakah Tuan Yulius masih dalam keadaan sehat walafiat? Aku mendoakan kesehatannya, terakhir kali kudengar ia sudah menggunakan kursi roda."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun