Rachel langsung tersenyum menandakan bahwa ucapannya benar. Orang bernama Helena adalah yang paling muda dari antara semuanya, menurut penilaianku, bahkan tampak lebih muda dari Shanty. Wajahnya cantik, dan auranya adalah periang. Sepertinya ia adalah seorang artis juga, karena aku pernah melihatnya sekali atau dua kali di layar tv. Ya, jika ingatanku tidak salah, tentunya.
Wangi semerbak langsung terpancar saat dirinya duduk di sisa kursi kosong, di dekat pagar. Ia setengah melirik padaku dan melamun, sebelum Indira menyadarkannya. "Anak manis, kami semua sudah memesan makanan. Lebih baik kau ikut memesan, jika tidak ingin ditinggal makan nanti."
"Oiya, sebentar."
Ia pun berdiri dan menghampiri pelayan. Sepertinya sifatnya juga baik, tidak seperti beberapa orang anggota perkumpulan itu. Aku mendesah. Sejak kapan aku jadi bermental judging seperti ini?
Mungkin aku sudah terpengaruh media sosial. Saatnya menyingkirkan aplikasi -- aplikasi terkutuk itu. Dan ngomong -- ngomong aplikasi, Shanty sudah mengeluarkan handphone yang bertaburkan berlian dan emas di casingnya. Ia sengaja mengangkat handphone sedekat mungkin ke mukanya agar kawan -- kawannya memerhatikan.
Bu Hakim berseloroh, "Aku menantikan teknologi 5G yang akan diluncurkan bulan depan oleh perusahaan Widuri Cell. Semoga bisa membantuku untuk melakukan transaksi investasi dengan lebih cepat."
Shanty tersenyum dan menggeleng, "Tidak perlu khawatir, Bu Hakim. Kami sedang membangun BTS di seluruh pulau ini. Jadi, jaringan internet dijamin aman dan cepat."
Bu Hakim dan Shanty serta Rachel masih berunding tentang aplikasi dan teknologi ketika makanan datang. Aku menemukan reaksi yang berbeda. Kartika terkesima dengan tampilan rainbow cheesecakenya, Indira mengecap es kopyornya dan terlihat puas. Bu Hakim segera menghentikan obrolannya dan menambahkan saus tomat pada nasi gorengnya.
Memang aroma sesedap itu tidak akan menahan orang untuk menunda -- nunda. Sementara itu Utari menutup hidung, sepertinya ia terlihat jijik dengan hidangan udang mentega di depannya. Rachel di hadapannya berkata.
"Jika kau jijik dengan aroma itu, aku minta maaf, Utari. Aku akan menambah kejijikanmu lagi. Orang -- orang bilang menghisap cerutu paling enak setelah makan. Tapi aku sebaliknya."
Rachel pun mengeluarkan sebuah cerutu dari tasnya dan membakarnya. Ia menghisap cerutu itu, menimbulkan asap tinggi -- tinggi. Aroma yang ditimbulkan memunculkan keresahan. Teman -- teman di sekelilingnya mulai mengibaskan tangan. Utari bahkan sudah berdiri menjauh dan mencari udara segar. Seorang waitress pun tergopoh -- gopoh menghampiri. Ia bilang merokok dilarang di caf ini. Awalnya Rachel bersikeras bahwa tidak merokok, melainkan membakar cerutu. Namun dengan saran dari Bu Hakim, Rachel mematikan cerutunya.