"Kancil yang menanyakan pertanyaan yang tepat akan membuat sang serigala kehilangan sarangnya."
"Apa yang membuatmu yakin bahwa kau menyaksikan alam semesta?" ujarku. Aku hanya asal berkata, namun sepertinya ia paham maksudku. Charles pun mulai mengernyit.
"Sang penjaga waktu duduk di luar, di gerbang kehidupan. Putaran kosmik menyatakan waktu sudah berhenti ketika ada yang keluar dari pusaran revolusi. Belum saatnya, ujarnya. Maka ia pun bingung. Namun karena masih banyak pusaran revolusi lainnya yang harus dijaga, ia tidak mengurusi lubang hitam itu. Lagipula, ada jalan susu di sampingnya."
Aku menunduk dan tersenyum. Entah mengapa aku memahami apa maksudnya. Aku bertanya lagi. "Bagaimana opinimu tentang Pak Tukiman? Bagaimana menurutmu tentang tetangga -- tetanggnya? Bagaimana tentang Nebula dan suaminya?"
"Siklus karbon memaksa umat manusia untuk berputar sesuai dengan tempatnya. Tidak adil bagi mereka yang berada di luar kerangka untuk mengejar neraca keadilan. Angin membawa kabar, dan petir menghantam bagaikan tulang besi. Yang dipentingkan di sini adalah sinar matahari yang mampu melihat segalanya, sesuai dengan rekaman kenyataan."
Senyumku semakin membesar karena aku memahaminya dan semuanya tampak semakin masuk akal. Charles semakin bingung. Aku mempertanyakan pertanyaan pamungkas.
"Lalu apakah bukti valid bahwa sang penjaga waktu duduk di luar gerbang kehidupan?"
Harianto tidak menjawab pertanyaan ini, melainkan membuka koran, dan menunjuk pojoknya. Ia menunjuk tanggal. Tepat hari ini, 30 Januari 2031. Aku mengangguk. Lalu kupersilakan dirinya untuk keluar ruangan. Aku kemudian berpandang -- pandangan dengan Charles, dan meregangkan badan.
"Well, Charles, tugas kita sudah selesai."
"Apa maksudmu, Kilesa? Kau ingin berhadapan dengan pak bos dan berita acara yang membosankan itu?"
"Bukan, maksudku, kita sudah berhasil menangkap calon kuat pelaku pembunuhan Pak Tukiman."