"Orang ini bernama Tukiman, dilihat dari identitas KTPnya. Usianya lima puluh tiga tahun. Tewas karena pukulan benda tumpul di belakang kepalanya. Menurut dugaan awalku, tiang besi, karena ada aroma besi tajam di sisa darahnya. Dan melihat TKP, nampaknya ini adalah kasus hit and run. Pencuri yang tertangkap basah, lalu terpaksa membunuh."
Aku mengangguk, "Aku setuju, Mahmud, semua bukti mengarah ke sana. Pintu kayu ini mudah dibobol seandainya pun dikunci dan digembok. Apakah orang ini hidup sendirian?"
Mahmud mengerdikkan bahu. Tiba -- tiba dari arah kerumunan terdengar sesuatu. Seorang wanita belia mengangkat tangannya. Sepertinya ia mendengar percakapan kami.
"Aku adalah Anjani, pelayan rumah ini. Aku tinggal bersama beliau."
Aku mengangguk dan membiarkannya melintasi garis polisi. Wanita ini masih berusia sangat muda, sekitar awal dua puluhan. Dilihat dari ekspresi wajahnya, ia terguncang dengan apa yang terjadi.
"Seharusnya aku datang lebih cepat. Seharusnya aku datang lebih cepat. Seharusnya aku datang lebih cepat. Jika saja aku datang lebih cepat, Pak Kiman masih hidup."
"Tenangkan dirimu, nona. Semua sudah terjadi dan tidak bisa dicegah lagi. Mendengar dari ucapanmu, kau tidak tinggal bersama bapak Tukiman?" tanya Charles.
Anjani mengangguk, "Benar, pak, aku pulang pergi. Jadwalku adalah jam 10 pagi. Sampai jam 3 sore. Seharusnya pagi ini aku mengatur obat beliau dan membereskan pakaiannya. Aku tidak menyangka ini akan terjadi."
"Jadi kamu baru datang, Anjani?" tanyaku, yang dibalas dengan anggukan cepat. "Dan kau bisa jelaskan mengapa orang -- orang itu, para tetangga, berkerumun di belakang garis polisi? Di tempat lain tidak seperti ini."
"Pak Tukiman terkenal di tempat ini, pak. Ia senang menolong orang, terutama ibu -- ibu dan para pelayan. Ia sering mendengarkan cerita dan masalah, lalu memberikan saran. Dan sarannya bagus -- bagus, pak. Ibu -- ibu sering curhat masalah tentang pasangan juga. Coba tanya mereka, pak, mereka juga pasti terguncang dengan kejadian ini."
Aku mulai paham. Korban adalah orang baik yang terkenal. Itulah mengapa banyak ibu -- ibu berkerumun di belakang garis polisi. Tapi, mengesampingkan hati dan perasaan, orang baik pun bisa menjadi korban kriminal. Kriminal tidak memandang bulu. Dan melihat TKP sekarang ini, mengarah besar pada hit and run. Pekerjaan maling. Adanya uang berceceran, banyak barang berantakan, tidak ada rekaman CCTV, serta kondisi lingkungan yang kumuh adalah situasi yang cocok bagi seorang perampok. Melihat situasi, tim forensik akan butuh waktu lama untuk memeriksa TKP. Lagipula, jika benar kesimpulan hanya sebuah kasus hit and run, ini bukan kasus untuk divisi detektif. Ini untuk divisi kriminal.