"Pergilah, nak. Dharma Buddha bersamamu."
"Aku mohon diri, raja."
Usai menghaturkan salam, Udayaditya melangkah cepat keluar ruang kebesaran. Sesampainya di lorong, ia memelankan langkahnya.
Sungguh mengerikan, orang itu.
Tanpa disadari, seseorang sudah ikut melangkah di sampingnya. Langkahnya yang ringan dan seirama dengan Udayaditya membuatnya tidak menyadari keberadaannya.
"Tidak apa -- apakah jika aku menemani melangkah menuju geladak kapal, pangeran?"
Udayaditya tercekat. Sanggabuana, patih kerajaan.
"Silakan saja, mahapatih."
Sanggabuana mulai bersuara. Walaupun usianya sudah senja, namun suara dan gerak -- geriknya yang bersemangat membuatnya terlihat satu generasi di bawahnya.
"Kulihat kau kurang nyaman berada di hadapan raja. Katakanlah di hadapanku, adakah sesuatu yang salah?"
Sembari melangkah menyusuri lorong, Udayaditya menjawab, "Tanyalah pertanyaan itu kepada seluruh orang yang pernah berhadapan dengan Samagrawira. Aku yakin mereka semua tidak ada yang merasa nyaman. Tidak ada satupun."