Kapal Udayaditya menjadi kapal terakhir yang meninggalkan Selat Bangka. Di kejauhan ia melihat panah -- panah api berterbangan di antara kapal -- kapal Sriwijaya dan Kutai. Kobaran api mulai terbentuk, layar -- layar mulai tersulut api. Sebuah kapal Kutai bergerak lebih cepat dari biasanya dan menerjang kumpulan kapal Sriwijaya. Tombak di bagian depan kapal menghancurkan dan membelah haluan kapal yang ditabraknya. Pemandangan berikutnya memberi sebuah kejutan. Beberapa awak kapal muncul dari geladak dan menyebarkan cairan di sisi -- sisi kapal Kutai. Hitungan berikutnya sebuah tembok api membara muncul di tengah -- tengah pertarungan antara Sriwijaya dengan Kutai.
Udayaditya menunduk. Sembari menutup mata, tubuhnya bergetar, kepalanya menggeleng perlahan. Hawa kemenangan telah berubah menjadi bau kematian. Langit biru telah berubah menjadi merah darah. Ia berbalik dan memunggungi medan perang.
Tidak, tidak. Ini belum berakhir.
Ia mengingat kata Sanggabuana sebelum menaiki kapal.
Menang.
Jalan cerita lengkap dapat ditemukan di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H