Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Perang Medang - Sriwijaya [Novel Nusa Antara]

21 Maret 2020   20:06 Diperbarui: 21 Maret 2020   20:19 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah geraman hadir dari mulut Anggabaya.

"Sudahlah, panglima, Anggabaya. Mari ke meja makan. Hidangan sudah disiapkan. Teman -- temanmu sudah menunggu di sana."

Joko Wangkir, Anggabaya, dan Awan Senggana melangkah menuju ruang makan. Iyang Taslim, Limawijaya, dan Unggun Krama telah menunggu mereka di sana. Ketiganya berdiri dan memberi salam ketika melihat sang panglima memasuki ruangan.

"Kau lihat itu, Anggabaya, seperti itulah seharusnya seorang bawahan bersikap kepada atasannya."

Geraman lain hadir dari mulut Anggabaya.

Joko Wangkir memulai santap malamnya dengan mencomot pisang goreng. Anggabaya langsung memenuhi piringnya dengan sangu dan sepotong ayam bakar.

Sembari memamerkan deretan gigi putihnya, Awan Senggana berucap, "Aku sudah menyiapkan para pemuda desa dengan lembing -- lembing mereka. Aku berharap para pemuda Dieng dapat membantu."

Joko Wangkir membalas, "Sejujurnya aku tidak ingin menggunakan mereka, Senggana. Mereka tidak punya pengalaman dan pengetahuan bela diri. Tenang saja, dengan perhitunganku dan formasiku, musuh pasti akan tertumpas."

"Lucu, panglima, dulu kau tidak setenang ini. Ketika kita terakhir bertemu di ruang pertemuan istana, mukamu adalah yang paling menunjukkan ketegangan. Terlebih ketika Anggabaya ini membuat ulah."

Geraman ketiga hadir dari mulut Anggabaya di ruangan itu.

"Aku bukanlah petarung terhebat di Kerajaan Medang ini, kawan. Dan ketika sang petarung terhebat itu memberikan aku janji untuk menahan musuh, aku percaya padanya. Aku percaya ia memegang kata -- katanya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun