Melihat formasi panah berhasil dihentikan, pos pertahanan Sriwijaya tidak lagi mengirimkan formasi yang sama. Sebagai gantinya, seluruh prajurit yang tersisa kini menerjang menuju medan pertempuran. Auman para prajurit Sriwijaya mengangkat semangat pertempuran di atas tanah Dieng.
Baiklah, ayo kita bertempur.
Joko Wangkir memberi tanda kepada ketiga ksatria untuk bertempur sepenuh hati dan mengeluarkan segenap kemampuan bertempur. Mereka tidak lagi bertarung dalam formasi, melainkan hanya melihat siapa kawan dan lawan. Joko Wangkir menyadari, dalam jenis pertempuran seperti ini yang berpengaruh adalah jumlah dan keahlian. Pasukan Medang kalah dalam kedua faktor tersebut. Namun apa boleh buat, kami sudah berada di sini, hanya bisa bertempur sekuat tenaga. Ada satu faktor lagi: tekad yang membara!
Joko Wangkir mengayunkan pedangnya ke kanan dan ke kiri mencari musuh. Tangannya bergerak cekatan menghabisi nyawa prajurit Sriwijaya, kakinya seperti menari lincah menghindari tebasan demi tebasan. Di kejauhan ia melihat Anggabaya mulai kewalahan menghadapi musuh. Sebuah luka dalam hadir di pundaknya. Dari belakangnya seorang prajurit Sriwijaya hendak menghujamnya dengan pedang. Joko Wangkir dengan cepat bergerak untuk menghabisi sang prajurit.
Joko Wangkir tertawa menyeringai, "Tidak dalam penglihatanku, ksatria."
Anggabaya hanya bisa tertawa miris dan menghabisi prajurit yang berada di hadapannya.
"Terima kasih, panglima. Mari kita bertempur!"
Sebuah panah melaju dengan kencang dan menembus mata kanan Anggabaya. Sang ksatria berlutut, tangannya mengacungkan pedangnya tinggi -- tinggi, sebelum roboh di permukaan tanah.
Tidak. Baru saja kuselamatkan. Oh tidak.
Joko Wangkir secara trengginas menghujam musuh -- musuh di sekelilingnya. Ia memang tidak pernah menyukai ksatrianya itu, namun bayangan salah satu prajurit terkuatnya meregang nyawa di hadapan matanya sendiri membuat jiwa sang panglima terlecut amarah. Ia melupakan segala ilmu bela diri yang ia miliki. Pedang mengayun dengan cepat di tangannya. Tebasan leher dan tusukan ia lakukan berulang -- ulang.
Pergerakan buas yang dilakukan oleh sang panglima membuat musuhnya memberikan perhatian lebih. Beberapa prajurit Sriwijaya meninggalkan musuh -- musuhnya untuk mengepung. Seorang prajurit dari sudut buta berhasil menebas baju kulit yang dikenakan Joko Wangkir. Sang panglima mengaduh kesakitan sebelum kembali mengambil posisi kuda -- kuda. Beberapa tebasan dan tusukan hadir dari pedangnya sebelum prajurit Sriwijaya lainnya berhasil melukai lengan kanannya.