Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Lohgawe 2 [Novel Nusa Antara]

30 Desember 2018   14:45 Diperbarui: 30 Desember 2018   15:17 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Aku tidak percaya pemimpin kita bisa merekrut sampah macam ini. Lihat, dari fisiknya saja terlihat kalau ia tidak bisa melawan." sang preman mencela Lohgawe. Ia menarik tangan Lohgawe melawaan arah persendian yang menyebabkan Lohgawe berteriak kesakitan.

Lohgawe yang berada dalam keadaan terkunci berusaha minta tolong pada Jayapati, namun yang diminta tidak memedulikannya dan hanya sibuk dengan ayamnya. Jayapati memandang sekilas pada Lohgawe, dan Lohgawe dapat menerjemahakan pandangannya seperti ini: Selamatkan dirimu sendiri, buktikan kalau kau benar -- benar pilihan Ken Arok.

Cukup lama sang preman botak mengunci Lohgawe. Ia hampir saja kehabisan napas ketika ia mendangar derap -- derap langkah dari kejauhan. Lohgawe melihat dari celah -- celah kelopak matanya yang berada di bawah pantat sang preman. Itu adalah sang pemimpin.

Ken Arok datang bersama sekumpulan anak buahnya. Hanya butuh beberapa hitungan bagi sang preman pasar untuk melepasakan kunciannya dan bangkit berdiri. Lohgawe mengerang kesakitan dan tetap dalam keadaan tertelungkup.

"Bolgun, apa yang sudah kau lakukan terhadap sang brahmana?" Ken Arok menghardik preman yang berada di samping Lohgawe.

Lohgawe masih tertelungkup, meringis kesakitan. Dari sebelah kelopak matanya ia dapat melihat Ken Arok marah terhadap sang preman yang kini tertunduk malu. Namanya Bolgun. Lucu juga. Botak gundul.

"Maafkan hamba, tuan Arok. Aku hanya tidak melihat mengapa orang ini dapat menjadi kaki tanganmu. Lihat saja tangannya itu. Tulang belulang ikan yang kumakan lebih besar dari tulang tangannya. Cih." Bolgun coba menjawab sembari mencibir Lohgawe.

Ken Arok tampak habis kesabaran, namun kini Lohgawe sudah berdiri dan mencoba menyela walaupun dengan suara yang masih terdengar menahan sakit sembari mencoba mempertahankan harga dirinya, "Ya, kawan, dibanding lenganmu yang menjulang besar itu sehingga menghalangi pemandangan, tanganku ini tidak ada apa -- apanya."

Ia berhenti sebentar, menoleh ke arah kumpulan Ken Arok, "Lihat, apa perbedaanmu dengan mereka. Tidak ada. Semuanya berotot kuat, berbadan besar, hebat, tidak akan kalah kalau bertarung. Namun mengapa kau sujud kepada Ken Arok? Aku mengerti, kau dibayar olehnya. Dan ia dibayar oleh siapa? Oleh atasannnya, sang bupati. Kau lihat otot bupati? Lebih besarkah dari ototku?"

Bolgun menggeleng. Kini seluruh kumpulan Ken Arok mendengarnya dengan penuh perhatian, termasuk Jayapati. Sampai tahap ini kau berhasil, Lohgawe. Sedikit lagi.

"Semua bukan tentang kekuatan, kawan. Ada benda yang bernama pikiran, dan hal itu ada di dalam sini," Lohgawe menunjuk kepalanya, dan melanjutkan, "Kalian tahu, aku memilikinya. Apakah kalian rindu untuk melihat pemimpin kalian menjadi bupati suatu hari nanti?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun