Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rakai Pikatan 3 [Novel Nusa Antara]

27 Desember 2018   08:48 Diperbarui: 27 Desember 2018   08:51 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tersenyum dan sambil melahap gulai ayamnya, Ario Senopati berkata, "Bukan maksudku untuk tidak mempercayaimu, Awan Senggana, namun aku lebih suka menyimpan isi kepalaku buatku sendiri."

Senyuman malaikat menghilang dari wajah Awan Senggana. Melihat lawan bicaranya tidak puas, Ario Senopati akhirnya menyerah, "Baiklah, aku akan memberitahumu." Awan Senggana kembali terlihat antusias. Ario Senopati melanjutkan, "Aku tidak akan melakukan apa -- apa." Wajah bersih Awan Senggana kembali menunjukkan ekspresi kecewa.

Kelelahan yang dimiliki oleh Rakai Pikatan membuat ia tidak ingin memusingkan dirinya dengan jawaban menyebalkan Ario Senopati, walaupun ia setuju dengannya untuk tidak membagikan rencananya kepada siapapun. Bagaimanapun juga ia adalah mahapatih kerajaan, sudah menjadi tugasnya untuk menjaga keberlangsungan kerajaan, walaupun dari orang terdekat sekalipun. Tidak dapat menahan lebih lama lagi, Rakai Pikatan berdiri, memohon diri kepada sang bupati dan sang mahapatih, dan meluncurkan diri menuju kasur peristirahatan.

***

Matahari baru saja menampakkan dirinya di ufuk timur ketika seluruh pasukan berperang Kerajaan Medang sudah dalam kondisi siap. Kali ini pasukan utama dan pasukan Joko Wangkir telah bergabung dan membentuk sebuah formasi pasukan. Dipimpin langsung oleh sang panglima, pelan -- pelan rombongan pasukan tersebut melangkah keluar halaman pendopo bupati. Sang bupati tinggal di pendopo dan merasa tidak perlu terlibat dalam penyambutan Balaputradewa ini.

Ada beberapa perubahan dalam formasi pasukan pagi ini. Parameter kanan yang dahulu ditempati oleh Mpu Panca diisi oleh Anggabaya. Mpu Panca sudah terlebih dahulu meninggalkan kabupaten subuh -- subuh benar untuk mendapatkan laporan pemantauan angkatan laut terakhir dari pos pelabuhan Kalingga. Parameter kiri tetap dijaga oleh Rakai Pikatan. Perubahan selanjutnya adalah Ario Senopati yang berada di tengah -- tengah pasukan. Tepat di tengah -- tengah: banjar ketiga, sap kesepuluh. Layaknya seorang raja yang harus dilindungi.

Perjalanan menuju istana Kalingga bukanlah perjalanan yang menarik. Hal ini diakui sendiri oleh Anggabaya, "Sungguh perjalanan yang menjemukkan. Aku harap si Balaputra ini orang yang menyenangkan. Aku siap untuk menghajar semua anak buahnya! Awas saja kalau aku hanya mendapatkan sedikit porsi pukulan." celetuk Anggabaya.

"Kau ini tampaknya tidak sayang nyawa. Lihat saja pohon -- pohon sawit di sekitarmu itu. Aku lebih berharap mereka tidak menjadi korban dibanding prajuritmu." balas Rakai Pikatan.

"Pohon sawit, pohon jati, membosankan semuanya. Grrr," Anggabaya mulai mengeluh.

Setelah lama menjumpai hanya pepohonan, akhirnya tampak di kejauhan istana Kalingga. Tidak hanya itu, aroma pantai dan deburan ombak yang memecah daratan mulai terdengar oleh Rakai Pikatan yang berada di belakang pasukan. Rakai Pikatan menduga bahwa telah lewat tengah hari ketika ia sampai di depan istana Kalingga. Istana tersebut merupakan istana yang megah, walaupun tidak sebesar istana kerajaan di Prambanan. Istana utama berbentuk bundar, dengan keempat menara pengawas dengan tinggi tiga puluh depa terletak di sudut -- sudut halaman istana. Bermacam -- macam bangunan seperti rumah terletak di samping istana utama.

Joko Wangkir memerintahkan anak buahnya untuk mengatur prajurit dalam bentukan formasi di halaman istana Kalingga, sedangkan dirinya bergerak menuju pos pemantauan di dermaga Kalingga. Rakai Pikatan mengikutinya. Mereka menemukan Mpu Panca serta anak buahnya sedang memeriksa sebuah laporan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun