Diriwayatkan dari Ibnu Hibban dalam kitab ats-Tsiqat, kisah ini diriwayatkan Abdullah bin Muhammad, beliau menceritakan, "Suatu hari aku berada di wilayah perbatasan, wilayah arish di negeri Mesir. Aku melihat sebuah kemah kecil, yang dari kemahnya menunjukkan bahwa pemiliknya adalah orang yang sangat miskin."
Beliau mendatangi kemah di perbatasan itu untuk mengetahui apa yang ada di dalamnya. Kemudian beliau melihat sosok laki-laki biasa dalam keadaan terbaring dengan tangan dan kakinya buntung, telinganya sulit mendengar, matanya buta dan tidak ada yang tersisa selain lisannya yang berbicara.
Dari lisan laki-laki tersebut aku mendengar, "Ya Allah berilah aku ilham untuk terus mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku. Dan Engkau sangat muliakan aku dari ciptaan-Mu yang lain."
Kemudian Abdullah bin Muhammad bertanya kepada lelaki itu, "Wahai saudaraku, nikmat Allah mana yang engkau syukuri?"
Lelaki pemilik kemah itu pun lantas menjawab, "Wahai saudaraku, diamlah. Demi Allah, seandainya Allah datangkan lautan, niscaya laut itu akan menenggelamkan atau gunung api yang aku akan terbakar atau dijatuhkan langit kepdaku yang pasti akan meremukkanku. Aku tidak akan mengatakan apapun kecuali rasa syukur."
Abdullah bin Muhammad kembali bertanya, "Bersyukur atas apa?"
Lelaki itu kembali menjawab, "Tidakkah engkau melihat Dia telah menganugerahkan aku lisan yang senantiasa berzikir dan bersyukur. Disamping itu aku juga memiliki seorang anak yang waktu salat ia selalu menuntunku untuk ke masjid dan ia pula yang menyuapi aku. Namun sejak tiga hari ini ia tidak pulang kemari. Bisakah engkau tolong carikan dia?"
Setelah beberapa saat mencari, Abdullah bin Muhammad mendapati jenazah sang anak sedang dikelilingi oleh singa. Sang anak ternyata telah tiada.
Abdullah bin Muhammad pun bingung bagaimana cara untuk menjelaskan kepada lelaki tersebut. Ia lantas berkata, "Wahai saudaraku, apakah engkau pernah mendengar kisah Nabi Ayub As?"
Lelaki itu menjawab, "Iya aku pernah mendengarnya."