Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotist, Professional Executive, Founder Rumah Hipnoterapi, Founder Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bagaimana Sebaiknya Menjadi "Bos Kecil" bagi Para Senior?

3 Agustus 2021   23:32 Diperbarui: 5 Agustus 2021   12:45 1706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi bos kecil. (sumber: istockphoto via kompas.com)

Promosi karir atau naik jabatan merupakan hal yang lumrah di lingkungan kantor. Rasanya membanggakan ketika kerja keras yang sudah dilalui membuahkan sebuah kepercayaan untuk menduduki jabatan baru.

Setelah memegang tongkat kepemimpinan, biasanya Anda akan dihadapkan pada berbagai permasalahan. Salah satunya ialah bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik bagi tim. Apalagi kalau anggota tim Anda diisi oleh orang-orang senior.

Diantara mereka mungkin ada yang bisa menerima Anda sebagai pemimpin, namun tidak jarang bisa saja ada yang tidak suka, iri hati, tidak menghormati bahkan tidak mau mendengar perintah Anda. 

Memang senioritas di kantor ini kadang-kadang merepotkan. Di satu sisi mereka telah bekerja lebih lama, tetapi di sisi lain Anda adalah pemimpin yang memiliki wewenang untuk memberikan instruksi.

Sebaliknya, ada juga fenomena para pemimpin muda yang belum mampu menempatkan diri sebagai pemimpin. Sindrom "bossy" sangat rentan dialami oleh leader-leader junior atau"Bos Kecil".

Istilah "Bos Kecil" saya dapatkan dari Abdul (nama samaran) seorang support staff kantor yang kala itu tengah berbincang santai bersama saya. Dia menceritakan pernah dipimpin oleh seorang leader yang sangat tempramental.

Sifat pemarah itu acapkali ditunjukkan saat ada yang berbuat salah. Menggebrak meja, membanting pintu, berteriak dan memaki adalah sederet perilaku negatif yang ia perlihatkan. Bahkan seringkali bos kecil ini juga melakukan silent treatment selama berbulan-bulan kepada anggota tim.

Awalnya saya tercengang mendengar kisah Abdul, seakan tak percaya karena bos kecil yang diceritakan sejatinya adalah kolega saya juga. Memang dia baru saja di promosikan menjadi manajer di salah satu kantor cabang. 

Beberapa hari kemudian, tidak sengaja saya bertemu Slamet (nama samaran) seorang supervisor, bawahan bos kecil di warung kopi dekat rumah. Saat asyik mengobrol, tetiba dia menceritakan perilaku bos kecil.

Persis seperti apa yang diceritakan Abdul sebelumnya, bahwa bos kecil sering marah-marah dan membuat suasana kantor tidak nyaman. Hampir semua karyawan tidak menyukainya. 

Abdul dan Slamet merupakan 2 orang yang bisa dibilang lebih senior dibandingkan bos kecil. Secara usia terpaut 8 tahun dan masa kerja selisih 4 tahun.

Saya menduga bos kecil mengalami sindrom "Bossy" yaitu sebuah perilaku yang suka memerintah, mengatur dan mengontrol orang lain. Seorang pemimpin yang mengalami sindrom "Bossy" ini biasanya tidak senang jika ada anggota yang melanggar perintah atau tidak sesuai dengan keinginannya.

Memang pada prinsipnya seorang pemimpin adalah orang yang mempunyai otoritas untuk memerintah, mengatur dan mengontrol. Tetapi perlu juga diperhatikan bagaimana cara mengomunikasikan semua instruksi tersebut agar bisa dipahami dan dilaksanakan, bukannya malah jadi beban untuk bawahan.

Sebaliknya, jika Anda adalah seorang senior yang tengah dipimpin oleh bos kecil, sebaiknya Anda mencoba untuk berbicara dengannya secara langsung bukannya "ngomongin" di belakang alias gosip (hehe..). Mungkin saja masukan Anda berguna bagi kematangannya dalam memimpin.

Berikut hal-hal yang harus Anda lakukan saat menjadi bos kecil bagi para senior:

Tetapkan Visi dan Misi

sumber: kejarmimpi.id
sumber: kejarmimpi.id

Sebagai seorang pemimpin, visi dan misi adalah hal yang mutlak untuk dimiliki. Ingat bahwa pemimpin adalah seseorang yang mampu menggerakkan orang lain dan/atau kelompok untuk menuju ke arah tujuan tertentu.

Visi dan misi akan menjadi karakter pembeda Anda dengan pemimpin lainnya. Dengan visi dan misi, Anda mempunyai pedoman dalam memimpin.

Visi dan misi juga bisa menambah kredibilitas dan rasa percaya dari para senior kepada Anda. Sampaikan visi dan misi Anda kepada semua anggota tim, lalu ajak mereka untuk bergerak mengikutinya. 

(Baca: Menjadi Manager Sekaligus Leader yang Berkarakter)

Tentukan Target Kerja yang Jelas

sumber: nlpnasional.com
sumber: nlpnasional.com

Setelah visi dan misi terbentuk, langkah selanjutnya Anda harus pecah ke dalam target kerja yang jelas. Bagi saja target kerja berdasarkan target tahunan, bulanan, mingguan hingga harian.

Tujuannya adalah agar Anda lebih mudah dalam melakukan monitoring atas hasil kerja tim. Melalui target kerja yang jelas, Anda juga bisa melalukan evaluasi serta penyesuaian-penyesuaian selama perjalanan memimpin.

Apalagi orang-orang yang Anda pimpin notabene adalah para senior. Mungkin mereka telah menduduki jabatan yang sama selama bertahun-tahun. Rasa jenuh dan bosan sangat mungkin tercipta, maka tugas Anda sebagai pemimpin untuk mempertahankan ritme kerja dan membuat mereka tetap produktif. 

(Baca: Simak, Tips Efektif dalam Menggapai Tujuan Hidup Anda)

Membuka Ruang Untuk Berdiskusi

sumber: career.iresearchnet.com/
sumber: career.iresearchnet.com/

Sebagai bos kecil, Anda tentu masih harus banyak belajar. Tingkat kematangan sebagai seorang pemimpin akan sangat menentukan keberhasilan dan kesuksesan Anda di masa depan.

Anda bisa belajar dari berbagai sumber, salah satunya para senior. Bukalah ruang untuk berdiskusi dengan mereka. Ambil pengalaman-pengalaman positif yang mereka bagikan untuk penguatan teknis dan kompetensi Anda sebagai pemimpin.

Ruang diskusi bisa dilakukan secara formal melalui coaching, mentoring dan councelling, bisa juga dengan suasana informal seperti makan siang bersama atau ngopi bareng.

Posisikan para senior sebagai partner atau mitra kerja Anda. Mungkin saja Anda akan mendapatkan banyak pelajaran dari pengalaman mereka.

Melakukan Komunikasi Asertif

sumber: res.cloudinary.com
sumber: res.cloudinary.com

Komunikasi asertif ialah kemampuan untuk menyampaikan apa yang diinginkan, dipikirkan dan dirasakan kepada orang lain, namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain tanpa bermaksud menyerangnya.

Penting sekali bagi seorang pemimpin untuk memiliki skill berkomunikasi yang baik. Melalui komunikasi, Anda bisa membuat setiap orang paham apa yang Anda ingin ciptakan. Terapkan komunikasi asertif agar bawahan Anda dapat menerima semua instruksi.

Gaya komunikasi agresif (menyerang, menyalahkan, memerintah dan memaki) maupun pasif (pendiam, silent treatment) tidak akan mampu menyampaikan pesan secara efektif. Gaya komunikasi asertif sangat ideal untuk semua kalangan termasuk para senior. 

Beberapa langkah komunikasi asertif:

- Sampaikan faktanya dan tidak menghakimi

Semisal ketika Anda kesal dengan bawahan karena hampir telat memberikan laporan, tanpa memarahi Anda bisa sampaikan,

"Slamet, besok adalah deadline saya memberikan presentasi tentang hasil penjualan kita bulan lalu. Karena kamu baru menyelesaikan laporan sekarang, saya jadinya cuma punya waktu sehari untuk memeriksa laporan. Mulai bulan depan berikan laporan kepada saya 3 hari lebih awal ya!"

- Menggunakan "i" Statement atau Kata "saya"

Ketika Anda menggunakan kata "Kamu" atau "Anda", maka terkesan Anda sedang menyerang lawan bicara. Sebagai contoh ada bawahan Anda yang terlambat datang ke kantor. Alih-alih memarahinya dengan mengatakan,

"Kamu bagaimana sih jadi karyawan kok sering terlambat, memangnya ini perusahaan nenek moyangmu!!!"

Anda bisa menggantinya dengan kalimat berikut,

"Saya adalah orang yang tidak suka melihat orang lain menyia-nyiakan waktu seperti datang terlambat ke kantor, oleh karena itu silahkan besok datang ke kantor lebih pagi!"

- Mendengarkan dan Bertanya

Dua hal ini sangat penting untuk dilakukan. Anda harus banyak mendengarkan apa yang disampaikan bawahan bukannya terus-menerus memberikan perintah. Kadangkala bawahan sedang mengalami kendala, atau bisa jadi bawahan memberikan saran buat Anda, maka dengarkanlah mereka.

Tanyakan juga apa yang bisa Anda berikan atau bantu buat mereka. Dengan begitu semangat kerjasama dapat terbangun dengan baik di tim Anda.

- Melatih Bahasa Tubuh dan Nada Bicara

Posisikan tubuh Anda dengan penuh percaya diri saat berkomunikasi misalnya berdiri atau duduk tegap serta menatap mata lawan bicara. 

Bicarakan dengan nada tegas namun tidak mengintimidasi. Sampaikan dengan bahasa menyenangkan namun tetap berisi.

- Win-win Solution

Ketika terjadi masalah, Anda harus mengedepankan solusi bukannya mencari siapa yang salah dan siapa yang benar. Pada intinya berkomunikasi tujuannya adalah tersampaikannya pesan kepada orang lain. 

Komunikasi yang baik akan menghasilkan solusi bersama. Komunikasi yang buruk akan menimbulkan permasalahan baru.

Memberikan Dukungan dan Validasi atas Hasil Kerja

sumber: sederet.com
sumber: sederet.com

Sebagai pemimpin, fungsi yang paling penting adalah memberikan dukungan kepada bawahan. Jangan menjadi pemimpin yang justru menghambat mereka. Ada dua bentuk dukungan yang bisa Anda berikan. 

Pertama, dukungan teknis yang berhubungan dengan pekerjaan sehari-hari, bantu mereka ketika mengalami kesulitan, berikan solusi saat menemui hambatan. Kedua, dukungan moril yang berkaitan dengan faktor non teknis misalnya motivasi dan nasihat. 

Salah satu naluri dasar setiap manusia adalah eksistensi yaitu pengakuan atas dirinya. Demikian pula dalam dunia kerja, pengakuan atas hasil kerja dapat membuat seseorang semakin termotivasi untuk memberikan lebih baik lagi ke depannya.

Jangan ragu atau segan untuk memberikan pujian dan/atau reward kepada bawahan yang berprestasi. Tunjukkan kepada publik mengenai prestasi bawahan tersebut. Sebaliknya jika Anda mau memarahi bawahan, ajak dia ke ruangan tersendiri, bukan memarahi di depan umum. 

Pujian juga perlu imbangi dengan keberanian untuk memberikan kritik atau saran jika memang ada yang kurang baik, tidak sesuai hasil atau kurang optimal. Kritik atau saran harus didasarkan pada data dan fakta empiris yang memang tengah terjadi.

Dengan begitu, Anda akan dianggap sebagai seoarang pemimpin yang objektif dalam menilai dan bijaksana dalam bersikap.

***

Dengan menerapkan hal-hal diatas, setidaknya bisa meminimalisir risiko masalah yang akan Anda hadapi sebagai pemimpin muda. Naik jabatan dan menjadi pemimpin adalah tantangan baru bagi Anda, jangan menjadi pribadi yang jumawa dan "tukang" memerintah orang.

Jadilah pemimpin yang mengarahkan sekaligus teman yang menyenangkan sehingga tercipta suasana harmonis antara Anda dengan bawahan.

"Kedewasaan seorang pemimpin didasarkan atas cara dia berpikir, bersikap dan berperilaku." The Architect

-AP-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun