"Nggak ... ?"
"Maaf. Kemahalan ya, Kak."
Anak itu tersenyum. Ada suara tawanya, malah.
"Justru kemurahan, Dik."
Iis yang melayani pembeli itu, mencoba mencari tahu emaknya. Yang sedang pulang tak jauh dari tempat jualannya, sehingga ia menungguinya.
"Oh, tidak, Kak."
"Memang segitu?"
"Memang segitu," Iis mengulang.
Iis jadi meladeni percakapan tidak biasa. Ia yang sesekali menunggu dagangan emak kalau sehabis pulang sekolah, seperti menemukan teman baru. Walau jauh. Karena Kak Prapti tinggal di Jakarta.
"Kamu membawa-bawa buku."
"Iya, kenapa?"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!