Ini yang tak kusuka. Seperti menjeratku dalam kenikmatan untuk merambah jalan berderet-deret mobil pada libur panjang kali ini. Bandung mana yang tak macet pada saat libur kali ini. Sedangkan aku masih duduk di mini market untuk merehatkan pikir.
"Pokoknya!"
Dan HP dipukul darinya. Mati.
Apa aku tega? Ya, tidak. Aku takut ia memenggal cinta dan rindunya. Berbahaya itu.
"Ya, aku terbang ke Dago!" sahutku dengan mulut megap-megap.
Enam jam kemudian aku tiba di Bumi Parahyangan. Aku memintanya untuk ketemuannya di resto Sunda seberang terminal bis Leuwi Panjang.
"Jangan banyak tanya!"
"Kok ngancem, sih?"
"Atas nama rindu. Yang tinggal setangakai."
Ia menurut. Dan memberengut. Karena ia datang lebih dulu, duduk di sudut. Hanya memesan jus sirsak. Yang kental putih.
"Sebel ...!"