Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Entah

10 Desember 2017   03:57 Diperbarui: 10 Desember 2017   03:59 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Seriiiing."

Nita tertawa.

"Duluuu sekali."

"Bukan zaman now."

Ia menepuk pundakku dengan tangan kirinya. Nyes.

"Abang tampak ringkih."

"Dan rapuh. Nyaris kaumakan dengan sepeda motor besarmu."

Nita terdiam.

"Itu motor yang Abang berikan kepadaku."

Aku mengernyitkan kening. Tak percaya. Jika itu sepeda motor satu-satunya sebelum kami berpisah. Motor yang membuat aku dan Nita berjalan ke mana saja. Kapan saja. Mencari jalan sunyi. Berhenti di tepi pantai, atau di tepi jalan di mana ada penjual kelapa muda.

"Abang suka benar es."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun