Jangkrik. Belum pernah ada perintah semacam ini dari seorang lelaki semanarik apa pun. Kepadaku. Aku biasanya dirayu dengan embel-embel predikat dan sarana seorang laki-laki mendekati perempuan. Mobil dan seterusnya.
"Bisa diam dulu."
Ia tersenyum lucu.
"Silakan. Es krim itu dibeli dari uang halal."
"Maksudnya?"
"Dari sebuah honor atas tulisanku. Hasil pemerasan rasa dan jiwa."
"O."
"Mungkin akan menghasilkan lagi, dan lagi. Yakni setelah perpisahan ini."
Cleguk!
"Aku pejantan."
Lalu ia menyenandungkan sepotong lagu, entah.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!