Helda yang biasa tak suka orang mengetahui tempat kosnya, tak menampik. Mereka pun melaju dengan tenang di sepeda motor matik.
“Aku lapar. Gimana kalau kita berhenti makan mie rebus dulu.”
“Okay!” Gintini pun membelokkan motor ketika Helda memberi isyarat.
Ternyata itu sebuah gerobak mie tek-tek yang berada di tempat tak terlalu ramai dan tidak jauh dari gang rumah kos Helda. Bahkan malam itu tak ada yang sedang mengudap kuliner murah-meriah itu.
“Aku ikut saja, deh. Sama mie godog,” kata Gintini kepada penjuallnya, seorang laki-laki.
Keduanya menunggu, sambil terus asyik berbincang. Ini yang dikehendaki Gintini untuk bahan tulisan di medianya.
“Ayo, kita santap ...!” ajak Helda kepada Gintini.
Namun saat itulah berhembus angin kencang. Lalu dari arah kiri, muncul sesosok bayangan. Dan ia berkata langsung kepada Helda.
“Jangan makan, Hel ...!”
Helda mengernyitkan kening. “Kenapa?”
“Perhatikan isi mangkuk, miemu itu!”