“Ndak nyangka ....”
“Kalau seorang pengarang cantik?”
“Bisa begitu. Karena zaman jadul, konon perempuan yang menulis fiksi adalah orang-orang introvert. Yang ngerem dan mengeluarkan unek-uneknya. Zaman sekarang kan menempelkan jidatnya yang licin, bibir merah ....”
“Ini kan era ....”
“Ya, perempuan yang menulis cantik seperti Lili Az, Fitri Manalu, Laura Irawati, ...yang sebagian itu oleh Kompasiana dimasukkan jadi nominator fiksianer terbaik. Sama cantiknya seperti Ayu, Dee atau ....”
Ia ikut membantuku menurunkan tas koper merah besar. Cukup sudah. Ia tipe wanita berjari-jemari lentik dan bisa kujadikan istri. Bukan seperti selama ini bersinggungan di dunia maya di mana Tamita menempelkan wajahnya yang buruk. Entah foto siapa.
Kami pun turun dari commuter line. Dan sesungguhnya, aku akan kebingungan kalau ia akan satu panggung denganku ngomong di hadapan banyak mahasiswa yang tersebutkan cantik-cantik di Negeri Hujan. ***
Angkasapuri, 9/10 setelah Kompasianival 2016
`
`