Kartono makin ngakak.
“OK, OK bos. Tantanganmu kuladeni. Gimana aturannya. Apa taruhannya?”
Pandu bingung juga. Namun ketika saat itu melintas Pakde Penjaga Sekolah, ia punya gagasan aneh.
“Gini. Siapa yang datang sebelum jam pelajaran, dan sampai di depan kelas sepatunya paling bersih, dia yang menang. Sepatu tidak boleh ditenteng. Tetap dipakai.”
“Adiiil ...!” sahut Kartono sombong.
“Dan yang kalah, ngepel lantai ruang kelas. Pakde biar ndak ngepel selama seminggu. Pakde, jadi jurinya.”
Kartono menjentikkan jari.
“OK. Aku terima tantangan ini. Saksikan besok, teman-teman. Dan selama seminggu ke depan, dia akan ngepel ruang kelas.”
Pakde setuju. Meskipun ia ketar-ketir. Ia tahu di mana rumah Kartono. Rumah Pandu, apalagi. Daerah yang lebih jauh dari sekolah dan kalau hujan, lumayan beceknya. Dengan mengambil jalan mana pun. Pandu sulit menang, pikirnya.
“Saya akan jadi juri yang fer ....,” kata Pakde.
Teng! Jam istirahat habis.