“Kenapa?”
“Hedonis.”
“Hedonis?” aku mengernyitkan kening. Tak mengerti apa persisnya kata itu.
“Ya, kayak binatanglah.”
Aku mengernyitkan kening lagi. “Kok?”
Saat itu sang istri tampak berjalan menuju warung tenda kecil kami.
“Sudahlah. Istrikulah yang menyandera. Agar saya tetap jadi binatang di Senayan.”
Aku bengong. Tak bisa-bisa berkata-kata. Pagi ini terasa senyap dari biasanya.
Tuan, apa kau kenal Tuhan?
Kalau sempat, tolong tanyakan
: kenapa kesenangan membuatku menjadi binatang?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!