“Bisa dibilang begitu. Ya, soal manusia-manusia ibukota, yang sok pintar. Sok modern. Tapi sebenarnya keblinger?”
“Keblinger?”
“Salah jalan. Banyak yang seperti itu.”
“O.”
“Ya, saya tahu karena saya dari daerah Jawa Tengah, lalu menjadi anggota Dewan di Senayan.”
“O, Bapak ....”
Ia tertawa masam. Seraya menepiskan tangan. Seperti ingin mengatakan, lupakan saja. Lalu melanjutkan, “Kalau Pak Made ada di dalamnya, wah... tak seindah yang dibayangkan. Ya bayangan orang-orang tentang wakil rakyat.”
“Tapi ...kan tetap enak. Gajinya gede. Kadang ke luar negeri. Ya, setidaknya seperti sekarang inilah, Pak. Ke Bali beberapa hari dengan istri.”
”Benar. Tapi maksud saya, ya keadaan di sana. Orang-orangnya ....”
“Para wakil rakyat itu, maksudnya?”
“Apalagi?”