Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mata Cantik, Luka

2 Februari 2016   06:46 Diperbarui: 2 Februari 2016   07:08 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Aku ingin membelainya, Kromodongso,” ujar Asep.

“Memang aku nggak?”  Tigor nyolot.

Kian riuh perbincangan di gardu. Soal korban perempuan cantik berdasarkan pemberitaan yang mereka ikuti. Ketika lewat penjual wedang ronde keliling, Kromodongso sigap memanggil dan berjanji untuk membayarnya.

Ting …ting …ting!

Penjual wedang ronde pun berlalu. Perbincangan masih terus soal wanita cantik yang memar dan memerah di sebagian bola matanya. Dan Kromodongso, mengulasnya bukan seperti politikus yang berwajah tikus. Cerdik sekaligus licik.

“Kalau begitu caranya, mending mereka itu belajar sama Tigor …!”

“Kok aku?”

“Ya, kauajarilah mereka bermain cantik. Ndak asal main tempeleng. Apalagi sampai mengenai bola matanya. Mata indah bola pingpong memerah mana ada indahnya? Ndak canteeeklah itu.”

Tigor garuk-garuk kepala.

Asep dan Daeng  tampak senang melihat Tigor kena skak-mat.

“Jadi, jadi ….”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun