“Iya. Kau ini, ah. Percuma sajalah kau tak mampu mendekati si …siapa …?”
“Parkinson Masalahlu!” sebut Daeng membantu.
“Ya Parkinson Masalahnya ….”
Lalu diuraikan dengan gaya Kromodongso yang kadang kelewat soft. Khas Jawanya, walau ia sebenarnya kelahiran pesisir Pantai Utara Jawa. Pantura.
“Parkinson itu kan penyakit karena sering dipukul, dan menjadikan kepalanya benjut. Lalu menjadi pelupa. Di situlah Masalahnya.”
“Kayak yang menimpa petinju Mohammad Ali.”
Kromodongso menjentikkan jarinya. “Persis. Parkinson, mungkin dulunya orang jalanan. Yang senang main kayu.”
Asep, Daeng dan Tigor manggut-manggut. Membenarkan kata-kata Kromodongso. Masuk akal. Walau kenapa mesti melingkar-lingkar.
“Itu bekal kau mendekati Parkinson, Tigor.”
Tigor manggut-manggut lagi.
“Tak usah kelahilah. Mesti aku yakin kaumenang. Malu awak ini!”