Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mata Cantik, Luka

2 Februari 2016   06:46 Diperbarui: 2 Februari 2016   07:08 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Iya. Kau ini, ah. Percuma sajalah kau tak mampu mendekati si …siapa …?”

“Parkinson Masalahlu!” sebut Daeng membantu.

“Ya Parkinson Masalahnya ….”

Lalu diuraikan dengan gaya Kromodongso yang kadang kelewat soft. Khas Jawanya, walau ia sebenarnya kelahiran pesisir Pantai Utara Jawa. Pantura.

“Parkinson itu kan penyakit karena sering dipukul, dan menjadikan kepalanya benjut. Lalu menjadi pelupa. Di situlah Masalahnya.”

“Kayak yang menimpa petinju Mohammad Ali.”

Kromodongso menjentikkan jarinya. “Persis. Parkinson, mungkin dulunya orang jalanan. Yang senang main kayu.”

Asep, Daeng dan Tigor manggut-manggut. Membenarkan kata-kata Kromodongso. Masuk akal. Walau kenapa mesti melingkar-lingkar.

“Itu bekal kau mendekati Parkinson, Tigor.”

Tigor manggut-manggut lagi.

“Tak usah kelahilah. Mesti aku yakin kaumenang. Malu awak ini!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun