Salah satu contoh paling jelas adalah saat Rasulullah mengangkat Zaid bin Haritsah, seorang mantan budak, menjadi panglima perang. Zaid tidak dipilih karena kedekatan pribadinya dengan Rasulullah, melainkan karena kompetensi dan loyalitasnya yang luar biasa.
Berbanding terbalik dengan kondisi Indonesia saat ini, di mana praktik KKN sering kali menjadi bagian dari sistem pemerintahan.
Jabatan-jabatan diberikan berdasarkan hubungan darah atau politik, bukan kompetensi. Harta negara dikelola demi keuntungan pribadi dan golongan, sementara rakyat dibiarkan terpinggirkan. Manipulasi kekuasaan pun sering dilakukan demi mempertahankan kekuasaan.
Pelajaran dari Kepemimpinan Rasulullah
Kepemimpinan Rasulullah memberikan pelajaran berharga bagi kita, bahwa seorang pemimpin sejati adalah yang senantiasa memprioritaskan kepentingan rakyat, menegakkan keadilan, dan memimpin dengan integritas.Â
Sayangnya, di Indonesia saat ini, kita menyaksikan banyak pemimpin yang justru menghalalkan segala cara untuk mempertahankan kekuasaan. KKN telah menjadi momok yang menggerogoti sistem pemerintahan.
Rasulullah adalah pemimpin yang tidak hanya berhasil di dunia, tetapi juga akan dikenang hingga akhir zaman sebagai pemimpin terbaik sepanjang masa.Â
Rasulullah adalah manusia yang paling sempurna dan tidak ada tandingannya. Kita juga tidak dituntut untuk menyamai beliau. Namun segala sikap dan perilakunya harus menjadi pedoman bagi kita, tak terkecuali dalam memilih dan menilai pemimpin.Â
Sudah saatnya kita menuntut kepemimpinan yang murni melayani rakyat, bukan memanipulasi demi kekuasaan. Hanya dengan kepemimpinan yang jujur, adil, dan amanah, kita dapat membawa bangsa ini menuju kemajuan yang sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H