Mohon tunggu...
Teuku Parvinanda
Teuku Parvinanda Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati kebijakan aneh nan menyimpang yang menyengsarakan rakyat

Nulis aja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meneladani Rasulullah di Tengah Krisis Kepemimpinan Nasional

30 September 2024   13:02 Diperbarui: 30 September 2024   13:02 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kepemimpinan/Shutterstock

Krisis kepemimpinan nasional tengah diwarnai oleh rasa lapar akan kekuasaaan yang menghalalkan segala cara, korupsi, kolusi, dan nepotisme. Momen ini sangat tepat untuk merefleksikan kisah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang akan selalu relevan untuk diteladani.

Dalam sejarah panjang peradaban manusia, ada banyak pemimpin yang telah memegang kendali kekuasaan, namun hanya segelintir yang diingat karena ketulusan, keadilan, dan integritas mereka.

Rasulullah SAW adalah sosok pemimpin yang berhasil menyatukan peran sebagai pemimpin agama sekaligus kepala pemerintahan dengan begitu mulia dan sempurna.

Beliau tidak hanya berhasil memimpin umat Islam, tetapi juga menegakkan pemerintahan yang adil dan bijaksana tanpa pernah mengorbankan prinsip-prinsip moralnya.

Apa yang membuat kepemimpinan Rasulullah begitu istimewa? Berikut pelajaran yang bisa kita ambil dari gaya kepemimpinan beliau untuk menghadapi krisis kepemimpinan hari ini.

1. Sederhana dan Jujur
Rasulullah adalah contoh nyata dari seorang pemimpin yang tidak silau dengan kemewahan dunia. Beliau hidup dalam kesederhanaan, meskipun sebagai kepala pemerintahan, Rasulullah memiliki akses terhadap sumber daya yang melimpah. 

Salah satu contoh terkenal adalah ketika Madinah telah menjadi pusat kekuasaan Islam, rumah Rasulullah tetap sederhana---tidak lebih besar atau mewah dari rumah-rumah penduduk biasa.

Rasulullah juga dikenal dengan kejujurannya yang luar biasa. Bahkan sebelum diangkat menjadi Nabi, beliau telah mendapat gelar "Al-Amin" (yang dipercaya) karena integritasnya. 

Kejujuran ini menjadi pondasi utama dalam membangun kepercayaan umat. Dalam setiap keputusan politik maupun keagamaan, beliau senantiasa mengutamakan transparansi dan keadilan, jauh dari sifat manipulatif seperti yang tampak dalam kepemimpinan nasional.

2. Tegas dalam Menegakkan Keadilan
Rasulullah SAW tegas dan tidak pernah memihak dalam menegakkan keadilan, bahkan ketika yang salah adalah kerabatnya sendiri.

Salah satu riwayat terkenal adalah ketika seorang wanita dari Bani Makhzum, Fatimah binti Al-Aswad, terbukti mencuri. Para pembesar Quraisy mencoba mempengaruhi Rasulullah untuk membebaskannya karena ia berasal dari keluarga terpandang. 

Namun, Rasulullah menegaskan, "Jika Fatimah binti Muhammad mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya." Ketegasan Rasulullah ini menunjukkan bahwa hukum berlaku sama untuk semua, tanpa pandang bulu.

Berbeda jauh dengan di Indonesia di mana hukum bisa dipermainkan untuk melindungi orang-orang tertentu.

3. Amanah dalam Mengemban Tugas
Amanah adalah salah satu sifat utama Rasulullah dalam memimpin. Setiap amanah yang dipercayakan kepada beliau, baik dari umat maupun dari Allah SWT, dijalankan dengan penuh tanggung jawab. 

Saat memimpin Madinah, beliau memastikan semua keputusan yang diambil didasarkan pada kepentingan rakyat. Rasulullah tidak menggunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri atau keluarganya, sesuatu yang kontras dengan apa yang sering kita lihat di dunia politik Tanah Air

Contoh lain, saat Perang Khaibar, ketika umat Islam mendapatkan harta rampasan perang yang cukup besar, Rasulullah membagi harta tersebut dengan adil kepada seluruh pasukan. Tidak ada kekayaan pribadi yang dikumpulkan atau diberikan kepada orang-orang terdekat beliau.

4. Mementingkan Kepentingan Umat di Atas Segalanya
Bagi Rasulullah kepentingan umat tidak bisa ditawar lagi. Dalam setiap peristiwa penting, seperti saat menyusun Piagam Madinah yang mengatur tata kehidupan masyarakat Madinah, baik Muslim maupun non-Muslim, Rasulullah selalu memastikan bahwa semua pihak mendapat keadilan. 

Piagam Madinah ini menjadi contoh pertama dalam sejarah tentang negara pluralistik yang diatur oleh hukum yang adil bagi semua, tanpa diskriminasi.

Rasulullah tidak pernah menggunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi atau keluarganya. Bahkan ketika keluarganya berada dalam kesulitan, beliau tetap menjaga integritasnya sebagai pemimpin umat.

5. Anti KKN
Dalam sejarah kepemimpinan Rasulullah, tidak ada satu riwayat pun yang mencatat adanya tindakan korupsi, kolusi, atau nepotisme.

Beliau memilih pemimpin atau pejabat berdasarkan kemampuan dan integritas, bukan karena hubungan keluarga. 

Salah satu contoh paling jelas adalah saat Rasulullah mengangkat Zaid bin Haritsah, seorang mantan budak, menjadi panglima perang. Zaid tidak dipilih karena kedekatan pribadinya dengan Rasulullah, melainkan karena kompetensi dan loyalitasnya yang luar biasa.

Berbanding terbalik dengan kondisi Indonesia saat ini, di mana praktik KKN sering kali menjadi bagian dari sistem pemerintahan.

Jabatan-jabatan diberikan berdasarkan hubungan darah atau politik, bukan kompetensi. Harta negara dikelola demi keuntungan pribadi dan golongan, sementara rakyat dibiarkan terpinggirkan. Manipulasi kekuasaan pun sering dilakukan demi mempertahankan kekuasaan.

Pelajaran dari Kepemimpinan Rasulullah
Kepemimpinan Rasulullah memberikan pelajaran berharga bagi kita, bahwa seorang pemimpin sejati adalah yang senantiasa memprioritaskan kepentingan rakyat, menegakkan keadilan, dan memimpin dengan integritas. 

Sayangnya, di Indonesia saat ini, kita menyaksikan banyak pemimpin yang justru menghalalkan segala cara untuk mempertahankan kekuasaan. KKN telah menjadi momok yang menggerogoti sistem pemerintahan.

Rasulullah adalah pemimpin yang tidak hanya berhasil di dunia, tetapi juga akan dikenang hingga akhir zaman sebagai pemimpin terbaik sepanjang masa. 

Rasulullah adalah manusia yang paling sempurna dan tidak ada tandingannya. Kita juga tidak dituntut untuk menyamai beliau. Namun segala sikap dan perilakunya harus menjadi pedoman bagi kita, tak terkecuali dalam memilih dan menilai pemimpin. 

Sudah saatnya kita menuntut kepemimpinan yang murni melayani rakyat, bukan memanipulasi demi kekuasaan. Hanya dengan kepemimpinan yang jujur, adil, dan amanah, kita dapat membawa bangsa ini menuju kemajuan yang sebenarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun