"Wah, kebetulan ada Teni di sini. Boleh minta waktunya sebentar?"
Kujawab dengan senyum dan anggukan.
"Ini, aku mau menerbitkan buku kumpulan puisi. Tolong dong, bikinkan pengantarnya. Biar pas, gitu!"
Mbak Rika terlihat begitu antusias.
"Wah, bagaimana bisa bikin pengantar, isi bukunya juga saya enggak tahu," jawabku. Aku berharap Mbak Rika mengerti kalau aku menolak dengan halus.
"Ya... pengantar yang umum aja gitu! Pokoknya sedikit promo yang keren tentang puisi-puisiku," lanjutnya semakin antusias.
"Iya, tapi setidaknya aku harus tahu sebagian puisi unggulannya," jawabku sambil ketar-ketir.
"Oh, gitu, ya! Ini nih, puisiku Duka di Danau Kelimutu, Bisik Gerimis, Serpihan Mutiara, dan apa lagi ya...? Oh, ya, Senarai Pilu di Ujung Senja yang jadi puisi unggulanku. Kukirimkan filenya, ya? Tapi jangan kasih lihat siapa-siapa. 'Kan baru mau terbit."
Jemarinya lincah memilih puisi yang akan dikirimkan padaku. Bunyi gawai mengingatkanku tentang puisi-puisinya yang sudah masuk ke dalam gawaiku.
"Makasih, ya. Kutunggu besok pengantarnya."