"Karena aku tak suka dengan perempuan datang kerumah lelaki."
Aku terdiam. Rupanya ia sedang memberitahuku suatu isyarat. Dia tak memberiku kehormatan dengan datang ke rumahnya, tetapi memberi isyarat bahwa ia tak suka aku.Hatiku sedikit perih, begitu lembut lelaki itu mengungkapkan perasaannya kepadaku. Ia tak ingin aku terluka dengan keterus terangannya.
"Aku tahu maksud Uda." lirih aku mngucapkan kalimat itu seraya memandang matanya yang jernih.
Aku tetap memanggil lelaki itu dengan kata Uda.Tanpa berkurang rasa yang bersemayam di hatiku,merindukannya siang malam,bersikap manja, sesekali merajuk jika ia tak memenuhi keinginanku.Padahal aku juga tahu lelaki itu sedang menjalin tali asmara dengan seorang gadis.seolah buta, aku tak mempermasalahkan semua itu.
"Aku hanya ingin mmenuruti apa yang menjadi keinginan hatiku. Mencintai Uda tanpa ada keinginan untuk memaksa Uda Merasakan hal yang sama ."
"Kau tak keberatan jika aku menjalin kasih dengan seorang gadis?"
"Tak akan."
"Bukankah kau mencintaiku? Apakah kau tak iri atau cemburu?"
"Tidak. Karena aku tak berhasrat untuk memiliki Uda. Karena aku tahu di mana aku berdiri."
"Maksudmu?"
"Aku berdiri di depan pintu hati Uda. Hanya untuk melihat dan menikmati keindahan dan kelembutan hati uda."