Tetapi kali ini Diaz masih terkejut dengan permintaan Lala yang diluar kebiasaan, sudah dua kali Jumat, dua kali Sabtu meminta pertemuan, serta kali ini ingin ke pasar malam.
“Kali ini aku mau naik yang warna ungu ya Diaz,” pinta Lala di antara gumam penuh permen kapas merah muda.
Diaz mengangguk, dia pun tersenyum, mereka menyukai wahana bianglala di setiap pasar malam. Semua warna mereka pernah menaiki. Saat puncak tertinggi, mereka saling berpeluk, Diaz mencium kening Lala, lembut.
aku menarik tubuhmu ke dadaku, supaya kau lebih dekat dengan hidupku.
Seminggu berlalu. Diaz belum berkabar pada Lala, tugas kampus begitu berat menuntut penyelesaian segera. Pun belumlah sempat waktu mengunjungi Lala, kekasihnya. Rindu menggelitik dadanya.
[nada dering]
Lala.
Segera Diaz mengangkat teleponnya.
“Nak Diaz? Ini mama Lala, Nak. Bisakah kau kemari, Mama tunggu ya, Nak.”
“Baik Ma, eh Tante, eh Mama...,” terbata Diaz dalam kejut. Rasa ngilu menyelinap. Semoga kabar baik.
***