Dalam sebuah buku berjudul "Authentic Happiness" karya tulis seorang psikolog ternama yaitu Martin E.P. Seligman (2005), disebutkan bahwa hidup yang menyenangkan adalah hidup yang berhasil mendapatkan emosi positif masa sekarang, masa lalu dan masa depan.
Dia menuliskan dalam bukunya, "Bukti-bukti ilmiah seakan-akan menunjukkan bahwa tidak mungkin Anda bisa meningkatkan level kebahagiaan Anda secara terus-menerus, karena setiap dari kita memiliki rentang kebahagiaan yang sudah baku.Â
Walaupun demikian, penelitian baru tentang kebahagiaan menunjukkan bahwa kondisi tersebut dapat ditingkatkan secara terus-menerus yaitu dengan Psikologi Positif."
Tampaknya benar, bahwa psikologi positif ini yang mendorong saya untuk selalu ikut dalam kegiatan penanaman yang rutin dihelat oleh alumni kampus tempat dulu saya menikmati bangku kuliah. Akan selalu ada rasa bahagia saat Anda ikut menanam pohon. Silahkan dicoba.
Pada bulan Maret 2002 yang lalu saya mengikuti acara penanaman di Hutan Pinus Limpakuwus yang berada di lereng Gunung Slamet tepatnya di Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang. Hutan Pinus Limpakuwus terletak di kawasan wisata Baturaden atau sekitar 15 kilometer dari Kota Purwokerto-Jawa Tengah. Hutan ini berada di ketinggian 750 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Kegiatan bertajuk "Forest Camp 2022" ini diselenggarakan oleh Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan IPB bersama dengan kawan-kawan Pengurus Cabang Jawa Tengah.Â
Sebuah postingan group WA yang menampilkan foto barisan tenda di camping ground dengan latar tegakan pinus kaki gunung Slamet menarik minat saya mengikutinya. 8 jam perjalanan dari pintu Tol Jatibening -- Jakarta sampai ke Hutan Pinus Limpakuwus saya tempuh dengan sukacita.
Benar saja. Hawa dingin di Limpakuwus langsung mendekap tubuh ini saat sore hari sampai di lokasi. Tempat ini rapih tertata. Terdapat fasilitas warung-warung yang menjajakan makanan, parkir yang luas dan tersedia pusat informasi serta camping ground.Â
Jika anda berniat melancong ke Purwokerto sempatkan saja kesini. Tersedia juga kamar dan paket tenda lengkap beserta isinya yang bisa kita sewa jika ingin bermalam.
Sepiring tempe mendoan dan segelas kopi hitam yang panas adalah pasangan hidup yang serasi untuk kita menyambut senja di hutan pinus Limpakuwus.
"Aja kelalen mas.. mampir maning" ucap ramah mbak-mbak penjaja warung kopi di Limpawkuwus. "Nggih.. bapake muleh" Jawabku dengan tawa sembari meniru logat ngapaknya.
Sama seperti acara temu alumni pada umumnya, malam hari selalu diisi dengan acara ramah tamah.
Hujan yang menerpa bumi Limpakuwus selepas senja tampaknya tidak menghentikan semangat kawan-kawan dari berbagai Angkatan untuk berkumpul dan bernyanyi bersama.
"Rimba raya-rimba raya. Indah permai dan mulia.
Maha taman tempat kita bekerja.
Pagi, petang, siang malam, Rimba kita berseru,
Bersatulah, bersatu, Tinggi rendah jadi satu, Bertolonglah selalu,
Jauhkanlah sikap kamu, Yang mementingkan diri,
Ingatlah nusa bangsa, Minta supaya dibela, Oleh kamu semua."
Tiupan angin gunung Slamet ditemani hujan yang mengguyur sungguh membuat hati ini merasa syahdu. Apalagi saat semua peserta secara bersama ikut berdiri dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Merinding campur haru.
Setelah acara sambutan dan diskusi ramah tamah yang dipimpin oleh ketua umum himpunan alumni yaitu bapak Dr. Bambang Hendroyono, selanjutnya MC menyampaikan acara berikutnya yaitu orgen tunggal yang dilengkapi dengan kendangnya.
Tak sabar  rasanya menunggu acara dangdut dan koplo segera digelar. Saya yakin panitia acara pasti sudah tanggap mempersiapkan deretan artis lokal yang siap menggemparkan dunia persilatan malam ini.
Luar biasa. Mendadak hujan terhenti. Mungkin sebuah pertanda alam untuk kita berjoget bersama.
Selesai berdendang seluruh peserta menyebar ke tenda masing-masing untuk beristirahat dan ada yang lanjut diskusi untuk silaturrahmi.
Pagi di hutan pinus Limpakuwus begitu terasa menyegarkan. Sebuah Sleping bag dan matras cukup membuat tidur saya pulas.
"Harek ngopi moal? hayu urang melak tangkal ayeuna" kalimat pertama yang diucapkan teman tidur satu tenda tadi malam.
Sebut saja Namanya Tohirin. Meskipun sudah dua belas tahun dia berdinas di Maluku Utara, tapi bahasa Sundanya tetap fasih. Padahal aselinya dia orang Brebes. Mungkin karena isterinya yang juga adik tingkat kelasnya berasal dari Bandung.
"Hayuklah.. Bapake muleh" jawabku.
Susasana asri limpakuwus mengajak kita semua untuk menikmati langkah demi langkah kaki saat  mengelilinginya sembari foto selfy.Â
Barulah acara yang dinanti-nanti yaitu penanaman dimulai. Bibit -- bibit pohon dan lubang tanam dengan jarak yang teratur telah disediakan oleh panitia. Sebagian bibit-bit pohon itu juga merupakan jenis tanaman produktif dan buah-buahan yang dibagikan kepada masyarakat.
Ayo kita menanam. Tak lupa doa dipanjatkan agar apa yang ditanam bisa tetap hidup dan memberikan manfaat.
Jika saja saya mampu memotret wajah mereka satu persatu saat ikut menanam, memegang tanahnya, menyiramkan airnya, mencium bibitnya, mungkin kumpulan potret tersebut bisa saya susun dalam satu bingkai kebahagiaan. Sebuah psikologi positif yang harus dijaga, tentang masa lalu, sekarang maupun harapan akan masa yang akan datang.
Siang menjelang, acara usai dan sebagian peserta bersiap kembali kerumahnya yang sebagian besar berada di Jabodetabek. Tidak lupa tentunya belanja oleh-oleh sebagai buah tangan. Memutar roda perekonomian lokal. Beberapa foto dokumentasi dan penggalan video dibagikan di Whatsapp Group.
Sebulan berlalu. Dua Bulan menjelang. Tiga bulan tak terasa sudah.
Sebuah ajakan di group WA alumni langsung saya iyakan saat ada rencana giat penanaman yang akan dilakukan pada hari Minggu tanggal 17 Juli 2022. Acaranyapun diawali dengan camping di dekat lokasi penanaman.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Angkatan E27 Fakultas Kehutanan IPB dan bertempat di wisata "PAPA" Panorama Pabangbon, desa Pabangbon -- Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Meskipun saya Angkatan E40, yang artinya rentang usia saya dengan mereka sekitar 13 tahun, namun sukacita penanaman menjadi alasan utama saya selalu ikut acara penanaman pohon, apalagi lokasi penanaman adalah tempat-tempat baru yang lagi hits.
Terletak di wilayah barat Kabupaten Bogor, Pabangbon menyajikan panorama yang bagus dan bisa membuat kagum. Sangat mudah akses menuju desa pabangbon. Jalan beraspal dan pemandangan asri pedesaan akan mengajak anda untuk mematikan AC dan membuka jendela kaca mobil saat memasuki wilayah desa.
Untuk menuju lokasi ini kita akan melewati kampus IPB Dramaga menuju rute Leuwiliang. Terima saja dengan ikhlas jika dalam perjalanan kita dihadapkan dengan kemacetan. Cukup waktu satu jam kurang dari keluar Tol Lingkar Bogor di pertigaan Yasmin menuju Pabangbon jika tidak macet. Namun bisa lebih dari 2 jam jika macet di jalan raya Dramaga, pertigaan Ciampea dan Pasar Leuwiliang. Memilih waktu jalan lebih pagi tampaknya bisa menghemat energi Anda.
Namun demikian, kekesalan akan kemacetan akan terlupakan saat anda sampai di Pabangbon. Terkenal dengan panoramanya yang menjadi daya tarik wisata, desa ini merupakan salah satu destinasi wisata yang lagi terkenal di Instagram dan di kalangan anak muda akamsi (anak kampung sini) Bogor dan sekitarnya.
Tegakan hutan pinus, hawa sejuk, pemandangan indah, camping ground, fasilitas parkir, tempat selfie, warung-warung, jalan aspal mulus, dan sebuah curug atau air terjun menjadi unggulan Desa Wisata Pabangbon.
Jika cuaca malam cerah dan tidak mendung, anda bisa melihat langsung taburan bintang di langit seakan menyapa lebih dekat. Siangnya anda bisa berfoto dengan background hamparan awan. Â Seolah kita berada di sebuah negeri di atas awan.
Tegakan hutan pinus di Pabangbon dikelola oleh Perhutani dan dimanfaatkan untuk disadap getahnya. Tegakan pinus tersebut menciptakan iklim mikro yang mendamaikan bagi siapapun yang datang kesana. Ditambah pemandangan yang indah cukup menjadikan lokasi ini masuk dalam daftar lokasi yang harus anda kunjungi jika berakhir pekan.
Camping di Pabangbon adalah pengalaman akhir pekan yang menyenangkan. Fasilitas disini cukup lengkap, dari warung-warung, MCK, bahkan terdapat sebuah kafe yang dilengkapi WiFi. Menyeruput kopi atau cokelat panas sambil update foto-foto di medsos bisa menjadi pilihan menu yang lengkap disini.
Selepas sarapan pagi sembari menghirup udara segar Pabangbon acara dilanjutkan dengan ritual penanaman bibit pohon.
Diawali doa, sambutan-sambutan dan seremoni foto bersama, kemudian seluruh peserta yang sebagian juga terlihat membawa anak-anaknya serta, mendengarkan pengarahan cara menanam dari kang Rusli, Asper Perhutani Bogor selaku pemangku kelola kawasan hutan di Leuwiliang.
"Adek-adek saat ini kita berada di petak 22E RPH Leuwiliang. Kita akan menanam bibit pohon Pinus. Terdapat kurang lebih 5 hektare areal terbuka di RPH Leuwiliang yang akan ditanami lebih lanjut." Terang kang Rusli melalui pelantang suara, dan lanjut mensimulasikan urutan cara menanam, dari top soil, kompos dan menyiram.
Puas. Senang. Lepas.
Adalah tiga kata yang bisa menggambarkan perasaan para peserta dalam giat penanaman ini.
Jangan lupa foto atau video dokumentasi. Tentunya untuk berbagi kebahagiaan atau sekedar pamer di media sosial adalah sesuatu hal yang manusiawi. Bukankah menanam pohon adalah suatu kebaikan ?
Selesai penanaman dilanjutkan dengan minum kelapa muda dan outbound fun game. Melihat keceriaan Angkatan 27 ini membuat saya larut ikut bergabung. Ternyata selain saya ada juga Angkatan-angkatn muda lainnya yang ikut serta.
Berjalan diantara tegakan pinus. Melewati jalan setapak. Melangkah diantara serasah dan rerumputan. Â Menghayati udara Pabangbon. Acara hari minggu ini pun ditutup sebelum siang.
Pabangbon begitu berkesan. Inisiatif dan kebersamaan mereka menjadi cerita menarik yang membanggakan.
Setalah pamit dan berterimakasih pada seluruh panitia, selanjutnya saya mencari TKP yang lain. Mumpung masih di Pabangbon saya pun menyambangi air terjun atau curug Cilame.
Lokasi curug Cilame berada sekitar 5 menit berkendaraan setelah Panorama Pabangbon atau biasa disebut Gunung Benteng. Sebuah gapura bambu bertulis Curug Cilame akan anda temukan di sebelah kiri jalan. Tersedia area parkir dan warung jajanan. Selanjutnya kita berjalan kurang lebih 10 sampai 15 menit menuruni bukit.
Pemandangan lembah dan sawah serta nuansa desa akan mebuat anda lupa kalau saat itu sedang terengah-engah karena melalui jalan setapak yang menurun. Bayangkan jika nanti naiknya. Namun sampai lokasi curug akan terbayarkan karena kita bisa langsung mandi dan menikmati sejuknya air Curug Cilame.
Kembali ke atas bukit semua terbayarkan oleh rasa puas dan pemandangan awan di hadapan kita yang mengingatkan akan sebuah lagu.
Kau mainkan untukku
Sebuah lagu tentang negeri di awan
Dimana kedamaian menjadi istananya
Dan kini tengah kau bawa
Aku menuju kesana
Ternyata hatimu
Penuh dengan bahasa kasih
Yang terungkapkan dengan pasti
Dalam suka dan sedih
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H