Harus menyiapkan bibit, bibit harus ditanam bila tiba masanya, harus segera menanam karena musim hujan tiba, dan sebagainya.
Bertani adalah pekerjaan yang bermodalkan doa dan harapan yang sebenar-benarnya. Segala modal dan sumber daya dibiarkan terhampar di atas tanah, terkadang di bawah permukaan, dengan beratapkan langit, dan ditinggal pergi di tengah kelamnya malam.
Patutlah Paulus menyatakan, bahwa bukan dia yang menanam, atau Apolos yang menyiram yang penting dalam kenyataan ini. Melainkan Sumber Kehidupan yang memberi tanaman itu pertumbuhan.
Batang-batang jagung yang tumbuh kepayahan pada lahan kosong di antara himpitan permukiman daerah urban itu menjadi bukti tambahan bahwa tidak semua hal dalam hidup kita berjalan sesuai rencana di bawah kendali kita.
Ungkapan Jawa yang katanya "mikul dhuwur, mendhem jero,"Â bisa diartikan, mengangkat tinggi dan mengubur dalam. Mirip dengan istilah "lembang dan puncak gelombang" dalam buku "The Screwtape Letter."
Sebuah ironi untuk menampilkan kemuraman yang lucu dalam nasihat-nasihat paman Screwtape kepada keponakannya Wormwood melalui surat-suratnya yang sedang menuntut ilmu di kampus pelatihan para penggoda untuk para iblis muda.Â
Manusia adalah sekaligus makhluk roh dan binatang. Sebagai makhluk roh dia kekal, tapi sebagai binatang dia hidup dalam waktu.
Hidup dalam waktu berarti manusia berubah. Semakin tua akhirnya tiada, karena hidup dimakan waktu.
Iblis, dalam sudut pandang Screwtape sebagai penutur cerita, menuai kesempatan "memenangkan" manusia untuk dirinya dalam istilah fase yang dia sebut "lembang gelombang."
Lembang gelombang maksudnya titik terendah dari sebuah fase lekuk gelombang naik turun. Itu adalag fase titik terendah semangat manusia.
Kata paman Screwtape secara ironis, Tuhan justru senang mendapatkan manusia akan semakin mengingat-Nya pada saat ia berada di titik terendah semangat hidupnya.