Ya, ternyata itu adalah sambal andaliman. Dibuat dari bahan bumbu-bumbuan yang khas ada dalam masakan tradisi Karo, seperti daun sere, tuba, kencong atau kecombrang yang ditumbuk halus bersama cabe dan garam secukupnya.
Kecuali chicken nugget yang bahannya dibeli dari pasar, kentang goreng, ubi goreng, buah-buahan dan sayuran, semuanya mereka beli langsung dari kebun warga petani kawasan relokasi Siosar.
Seperti kentang goreng yang dibuat dari bahan kentang merah. Itu adalah hasil pertanian warga desa sendiri.
Meskipun tidak membeli dalam jumlah besar sekaligus, kesinambungan permintaan bahan baku hasil bumi dari cafe ini membuat warga relokasi memiliki alternatif lahan pemasaran bagi hasil pertaniannya.
Jadi, masyarakat petani di sana sudah terbiasa menanam kentang merah, ubi kayu, nenas, dlsb secara kontinyu untuk mensuplai kebutuhan cafe ini.
Cafe Surya digagas oleh pak Pelawi sebagai ladang wisata. Sebuah bentuk pertanian yang tak akan habis tapi berkelanjutan.
Usaha itu untuk mendukung ekonomi rumah tangga dan pendidikan anak-anaknya yang juga berprestasi, lulusan perguruan tinggi negeri favorit di negeri ini.
Pada Maret 2020 yang lalu, imbas dari pandemi turut memberikan kelesuan bagi operasional cafe ini. Namun, mulai aktif kembali pada bulan Oktober 2020 dengan berbagai penyesuaian terkait penerapan protokol kesehatan.
Kehadiran cafe ini juga turut membuka lapangan kerja baru bagi para pemuda Siosar. Ada 7 karyawannya, yang kesemuanya merupakan warga Siosar.