Mereka sudah bermukim di kawasan relokasi Siosar sejak sekitar tahun 2014 yang lalu. Setiap keluarga yang dipindahkan ke desa ini mendapatkan rumah hunian ukuran 6x6 m dan lahan pertanian seluas 5.000 m2.
Namun, dalam perjalanannya pak Pelawi dan istrinya memutuskan membuka usaha cafe di tengah ladang mereka di Siosar.
Dulu saat masih tinggal di desa asalnya, di Simacem, mereka juga memang mengelola usaha kedai kopi.
Tak lama kemudian dua gelas jahe madu pun diantarkan pramusaji ke meja kami. Maka obrolan pun semakin hangat.
Demikianlah pak Pelawi menyapa setiap tamu yang datang makan, minum, dan nongkrong di cafe yang berada di tengah alam ini. "Selalu ada cerita dalam segelas kopi atau segelas jahe madu," katanya.
Nun di kejauhan, dia menunjukkan lokasi desa Simacem di bawah kaki Gunung Sinabung yang memang tampak jelas dari cafe ini.
Desa itu kini telah tertimbun bersama dua desa lainnya, Bekerah dan Sukameriah, oleh material vulkanik muntahan Sinabung. Beberapa bagian di atas timbunan material vulkanik itu kini tampak sudah mulai menghijau oleh tumbuh-tumbuhan setelah jeda erupsi yang sudah berlangsung cukup lama belakangan ini.
Kemudian datang lagi pesanan kentang goreng dan chicken nugget. Ditambah saos cabe tomat plus sambal yang tampak khas dan bukan buatan pabrik.