Daging babi diiris tipis-tipis, atau dipotong-potong sesuai jenis alat pemangangnya, kemudian ditempatkan pada wadah yang sudah disediakan untuk memanggang.
Tentang alat pemanggang sendiri berbeda satu dengan lainnya. Ada yang berupa wadah penggorengan. Daging yang sudah diiris tipis-tipis ditempatkan pada wadah. Dengan demikian minyak hasil panggangan tidak langsung menetes dan tertampung pada wadah, ikut memanasi daging yang dipanggang.
Ada juga alat pemanggang yang berupa tangkai, yang bisa terbuat dari bambu atau besi, disebut temper. Cara memanggangnya seperti membakar sate. Daging yang sudah dipotong sedemikian rupa ditempatkan berjejer pada tangkai tusukan.Â
Teknik-teknik memanggang yang berbeda ini, tampaknya berkaitan juga dengan perbedaan jenis bangunan rumah makan.Â
Rumah makan yang berupa gedung permanen atau semi permanen biasanya memanggang dengan wadah yang mirip wadah penggorengan, sedangkan yang berupa lapau sering sekali menyajikan daging panggangan dengan kepulan asap panggangan yang menyeruak memenuhi sudut-sudut rumah makan, sekaligus menebarkan aroma BPK yang menggiurkan.
Sebenarnya api pembakaran untuk memanggang BPK, sebagaimana halnya bara untuk memanggang daging lainnya adalah sama saja.Â
Namun, percaya atau tidak, ada perbedaan yang signifikan apabila menggunakan bara api dari kulit kemiri, atau kayu bakar dari batang pohon jeruk. Tidak ada rumah makan BPK yang memasak daging babi panggang dengan kayu arang yang dijual dengan keranjang kemasan.
Selain itu, tak ketinggalan sambal khas yang disebut "getah." Tentang hal ini saya tidak bisa mengulas lebih jauh, karena memang kurang paham dan konon katanya merupakan penentu yang membedakan cita rasa satu rumah makan BPK dengan rumah makan BPK yang lainnya.Â
Bahkan yang membedakan BPK dengan babi panggang yang ada di negara lain, di daerah lain, dan pada suku bangsa lain yang juga tidak memantangkan daging babi.